Jakarta, Aktual.com — Hari Pahlawan adalah hari bersejarah yang tak boleh luput dari memori seluruh anak bangsa. Perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga untuk membela bangsa, untuk mempertahankan kemerdekaan, dan untuk mewujudkan kedaulatan bangsa.

Momentum Hari Pahlawan sudah seharusnya dimaknai dengan hal-hal simbolis. Dengan upacara bendera, dan agenda formal lainnya sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan. Namun substansi dari hari pahlawan 70 tahun yang lalu, tepatnya 10 November 1945, seakan luput dari ingatan.

Demikian disampaikan Koordinator BEM Lintas Pulau Se-Tanah Air, Zainuddin, dalam keterangan tertulisnya kepada Aktual.com, Rabu (11/11).

“Hari Pahlawan adalah dimana bangsa Indonesia menunjukkan identitas diri yang sebenarnya. Yaitu bangsa yang anti terhadap kolonialisme. Bangsa yang berdaulat,” kata dia.

Menurutnya, perjalanan 70 tahun bangsa Indonesia, dianggap sebagai perjalanan yang damai terbebas dari kolonialisme. Padahal, kolonialisme bertransformasi hari ini suudah menjadi neo-kolonialism dan neo-imperialism. Mereka menjajah bangsa dari segi ekonomi.

Bangsa Indonesia menjadi arena pertarungan bagi poros kekuatan ekonomi dunia. Baik state capitalism yang diwakili oleh Cina dan corporate capitalism dari negara-negara barat. Politik adu domba pun kembali dihidupkan. Menggunakan tangan-tangan penguasa pribumi, untuk melangengkan kepentingan para neo-kolonialism dan neo-imperialis.

“Rezim hari ini dibawah kepemimpinan Jokowi-JK juga layaknya rezim hipokrit, boneka neo-kolonialis. Dibuktikan dengan kebijakan pemerintahan saat ini, yang tidak pro-rakyat, malah memberikan jalan tol bagi para neo-kolonialis untuk menjarah kekayaan alam bangsa,” tandas Zainuddin.

Artikel ini ditulis oleh: