Hasil Audit Anak Usaha PT Pertamina, Petral. (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said terkait hasil audit forensik terhadap anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) yang dilakukan oleh auditor global asal Australia KordhaMentha dinilai sebagai pernyataan yang mendiskreditkan Pertamina. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum eSPeKaPe (Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina), Binsar Effendi Hutabarat.

Dirinya mengaku curiga atas ekspos hasil audit Petral oleh Sudirman Said tersebut. Pasalnya, Sudirman merupakan bagian dari jaringan masa lalu di Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina-Petral PES bersama dengan Ari Soemarno yang menjadi Dirut Pertamina pada 2008. Sudirman pernah menjadi Senior Vice President (SVP) ISC Pertamina yang notabene adalah penentu dan pengambil keputusan impor minyak mentah dan BBM.

“Telisik siapa saja yang bermain, tidak hanya pada periode tertentu. Mulai dari Petral berdiri ataupun ketika Sudirman berkongsi dengan Ari Soemarno,” kata Binsar kepada Aktual di Jakarta, Jumat (13/11).

Ia menjelaskan, terkait pengakuan Sudirman yang menyebut adanya pihak ketiga yang bukan bagian dari manajemen Petral, Pertamina, maupun pemerintah yang terlibat dalam perdagangan minyak mentah dan BBM serta membuat pelaku usaha dalam bidang tersebut mengikuti permainan yang tidak transparan, saat ini hasil audit sendiri dalam proses pendalaman oleh para ahli legal di Kementerian ESDM dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui Sudirman Said sewaktu menjabat VP Integrated Supply Chain (ISC), pada tahun 2009 dalam beberapa pengadaan (Minyak Mentah dan BBM) Sudirman diduga melakukan inefisiensi bahkan cenderung markup dan merugikan pertamina. Sudirman melakukan pembelian (Minyak Mentah dan BBM) dengan harga alfa (diluar MOPS) tertinggi hingga US$6,50/barel. Padahal pembelian sebelumnya tidak pernah mencapai angka setinggi itu (rata-rata US$3/barel). Sampai akhirnya ISC era Sudirman Said dilikuidasi (Maret 2009), dan harga alfa (dilluar MOPS) kembali ke angka kisaran US$3/barel.

Hal ini diketahui dalam beberapa Purchasing Order (PO) nomor 121/TOO300/2009-SO , tanggal 21 Januari 2009, Nilai alfa (diluar MOPS) US$6,50/barel, No PO 116/TOO300/2009-SO, nilai alfa (diluar MOPS) US$5,70/barel tertanggal 20 Januari 2009 dan PO 113/TOO300/2009-SO tertanggal 20 Januari 2009, seharga alfa (Diluar MOPS) US$5,95/barel. Semua dokumen tersebut ditandatangani oleh VP Procurement, Sales dan Market Analysis, Daniel Purba. Saat ini Daniel Purba pun menjabat sebagai VP ISC Pertamina

Binsar pun menilai ucapan Sudirman sangat berbau politis. “Menteri ESDM jangan politis menyampaikan audit Petral-PES. Kalau mau ungkap, sebaiknya jangan setengah-setengah dan harus total. Tidak mungkin tidak ada pejabat-pejabat baik di Pertamina maupun di pemerintah yang tidak terlibat. Jelas saya mengecam Sudirman karena pada konteks ini telah mendiskreditkan Pertamina,” tegasnya.

Ia mengaku curiga pada Sudirman yang tiba-tiba sangat getol mengungkap audit Petral menjelang reshuffle kabinet. Terutama setelah namanya turut disebut-sebut akan diganti dari Kabinet Kerja. Diduga itu dilakukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri jelang reshuffle.

“Sebab yang namanya audit seharusnya dilaporkan kalau ada penyelewengan. Harus dibawa ke KPK kalau memang ada korupsinya. Bukan hanya bisa dijadikan menu konperensi pers saja, dan yang imbasnya nama Pertamina juga dirugikan” sebut dia.

Menurut dia, baiknya Sudirman hindari membuat pernyataan yang tidak jelas yang hanya menambah ketidakpastian arah negara. Ketimbang membuat pernyataan yang tidak jelas, Binsar Effendi menilai akan lebih baik jika membuka siapa saja sebetulnya mafia migas di balik perusahaan Petral.

“Sudirman juga harus bertanggung jawab atas keterangan yang disampaikannya kepada publik. Karena kalau Sudirman adalah wakil pemerintah, maka punya kewajiban secara transparan menyebut pihak ketiga siapa yang dimaksud karena dalam aktivitas bisnisnya bisa mempengaruhi urusan negara. Apalagi Presiden Jokowi terus mendukung penegakan hukum pasca hasil audit forensik terhadap Petral,” jelasnya.

Jika pernyataan Menteri ESDM Sudirman Said itu tidak berani mengungkap siapa mafia migas yang mempengaruhi Petral dan melaporkan segera ke KPK, maka sepanjang itu pula Sudirman dapat dianggap telah melakukan kebohongan publik.‎ Bahkan ada kemungkinan pernyataan Sudirman itu dilontarkan, sebagai usaha mengalihkan isu yang sesungguhnya agar pejabat di Pertamina diisi oleh orang-orangnya.

“Daniel Purba yang menjabat SVP ISC Pertamina, adalah bekas anak buahnya. Padahal Daniel juga bagian dari mantan pejabat di Petral saat Dirut Petral Ari Soemarno. Kalau benar hal itu yang menjadi tujuan dari Sudirman, maka saya mohon kepada Presiden Jokowi untuk memasukannya dalam daftar teratas menteri yang harus diganti pada saat reshuffle kabinet nanti,” tutup dia.

Berdasarkan dokumen audit BPK terhadap Petral, Pertamina dan Petral/PES telah melaksanakan pengadaan minyak mentah dan produksi kilang secara wajar, minyak mentah yang diimpor telah menghasilkan yield yang optimal sesuai dengan kondisi kilang dan sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1995, Permen BUMN No.Per-15/MBU/2012, Permen Keuangan No.154/PMK.03/2010, Kepmen ESDM No. 2576 K/12/MEM/2012 dan Surat Keputusan Kepala SKK Migas No. KEP-0131/BPO0000/2014/S2, serta ketentuan-ketentuan lainnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka