Jakarta, Aktual.com — Anggota Komisi I DPR-RI, Ahmad Zainuddin menduga ada skenario besar dibalik aksi teror bom dan penembakan di Paris, yaitu perbedaan antara Rusia dengan Amerika Serikat dalam melihat konflik di Suriah.
Selain itu, ada upaya menarik keterlibatan Eropa dalam menangani konflik Timur Tengah.
“Amerika Serikat sangat ingin memerangi ISIS dan menjatuhkan rezim Assad, sementara Rusia memerangi ISIS tapi mendukung rezim Assad,” kata Ahmad Zainuddin, Sabtu (14/11).
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan Eropa mengambil sikap tengah dalam menanggapi konflik di Timur Tengah. Eropa memerangi ISIS sekadar untuk mencegah arus imigran lebih besar lagi.
Pada konteks tersebut, Zainuddin melihat ada upaya untuk menarik Eropa agar terlibat lebih jauh dalam konflik Timur Tengah. Skenario selanjutnya adalah perang teror global yang dimainkan Amerika Serikat.
“Saya kira teror di Prancis lebih mengarah pada skenario itu,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS di MPR yang juga pengamat Timur Tengah tersebut.
Zainuddin mengatakan negara-negara Barat perlu mengevaluasi sikap dan pandangannya terkait terorisme. ISIS, yang disebut sebagai kelompok teroris, adalah bentukan Amerika Serikat.
“Dalam salah satu dokumen, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton pernah menyatakan bahwa ISIS adalah bentukan mereka. Sekarang ISIS mengaku di balik teror Paris. Jadi ini hanya permainan saja,” katanya.
Oleh karena itu, Zainuddin meminta pemerintah Indonesia untuk bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menanggapi perkembangan dinamika global tersebut.
Pemerintah Indonesia harus memprioritaskan perlindungan terhadap warga dan kedaulatan negara dengan tetap menunjukkan diri sebagai negara demokrasi Muslim terbesar di dunia.
“Indonesia jangan terseret tetapi harus menunjukkan peran dan kontribusi sebagai negara demokrasi Muslim terbesar. Indonesia harus menunjukkan sikap dan cara berbeda dengan yang dilakukan Barat terhadap terorisme,” tuturnya.
Terkait aksi pengeboman dan penembakan tersebut, Zainuddin menilai hal itu sebagai bentuk penistaan terhadap kemanusiaan.
“Tindakan teror dengan menakuti hingga membunuh dengan alasan apa pun tidak bisa dibenarkan. Kita semua mengutuk tindakan teror yang biadab di Paris,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh: