Jakarta, Aktual.co — Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menilai bahwa kebijakan fiskal Pemerintah tidak sejalan dengan kebijakan moneter yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI).

Ketua Komisi Tetap Fiskal dan Moneter Kadin, Adler Manurung mengatakan bahwa ketika pemerintah mencetuskan policy expansionnya untuk membuat segala macam ekspansi, setelah itu BI juga melakukan ekspansi dengan cara menurunkan tingkat bunga.

“Ini berakibat fatal membuat Rupiah jadi terdepresiasi, seharusnya BI mungkin menahan tingkat bunga ketika pemerintah melakukan fiskal ekspansion policy,” kata Adler dalam Aktual Forum di Warung Komando Tebet, Jakarta, ditulis Selasa (7/4).

Ia menjelaskan, stabilisasi Rupiah merupakan tugas dari BI, berdasarkan Undang-Undang (UU) BI, dimana disebutkan bahwa BI harus melakukan stabilisasi currencies baik dengan inflasi atau apapun.

“Nah kalau terjadi fiskal ekspansi policy dan moneter policy seharusnya itu ambigu. Tetapi yang terjadi, penyerapan APBN, fiskal policy-nya ga jelas, iya kan? Kadang-kadang diakhir November sampai Desember keluarlah itu fiskal pengeluaran expansionnya, sehingga apa? Rupiahnya terdepresiasi,” jelas dia.

Ia menambahkan, ada dua faktor lain yang harus diketahui yang menyebabkan terdepresiasinya Rupiah, yakni bermainnya BI di pasar Valas dan Pemerintah yang menahan-nahan fiskal expansion policy.

“Jadi ada dua itu, bisa karena main BI di market, atau juga karena pemerintah ngerem. Jadi udah ada uang pasti dikeluarin tapi di rem-rem, Januari-Februari rem, sampe Maret sampe September. Baru nanti November dilepas nih semua ekspansinya nih karena mendekati mau Desember. Nah akibatnya rupiahnya terdepresiasi,” terang dia.

Adler juga menilai bahwa ada banyak tindakan yang dilakukan pemerintah namun tidak sejalan dengan BI.

“Jadi itu yang saya lihat, ‘Banteng’ (Kemenkeu) sama BI itu agak sedikit perang. Jadi seharusnya BI sama Kemenkeu harus membuat kebijakan fiskal maupun moneter yang aman, yang membuat currencies itu konstan. Engga terdepresiasi engga terapresiasi,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka