Jakarta, Aktual.co —Direktur Centre For Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi heran dengan minimnya realisasi pendapatan Jakarta di APBD-P DKI 2014. Dimana realisasinya hanya Rp 43,4 triliun atau 66 persen dari target sebesar Rp 65 triliun. 
Terutama bila ‘memblejeti’ melesetnya sejumlah target penerimaan pajak. Seperti pajak parkir yang tinggi dan mahal. Tapi penerimaannya hanya 50 persen lebih sedikit, yakni Rp 406 miliar dari target sebesar Rp 800 miliar.
“Belum lagi pajak reklame yang masuk ke kas daerah cuma Rp 851 miliar, atau sekitar sepertiga dari target Rp 2,4 triliun,” ujar dia, Senin (6/4).
Kata dia, anjloknya realisasi penerimaan pajak juga terjadi di pajak rokok. Dimana yang masuk kas DKI hanya Rp 292 miliar dari target Rp 400 miliar.
Dengan pendapatan yang jeblok seperti itu, Uchok pun menilai Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) APBD-P DKI 2014 Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ‘janggal’.
Sebab, di saat realisasi pendapatan menurun, realisasi belanja justru naik. Dia pun menduga memang ada kesengajaan untuk melakukan ‘mark down’ pendapatan tapi ‘mark up’ pengeluaran di APBD-P 2014.
Uchok menduga ‘modus’ seperti ini sengaja digunakan agar realisasi belanja di APBD-P DKI 2014 dianggap tinggi. Sehingga, bisa menekan jumlah sisa anggaran (Silpa). “Jadi Silpa DKI di 2014 bisa diatur di angka Rp 9,5 triliun saja,” ujar dia.
Uchok juga menyoroti besarnya realisasi belanja tidak langsung di APBD-P 2014 yang 80 persennya, atau sekitar Rp 10 triliun, habis untuk belanja pegawai. Sedangkan belanja untuk hibah ke masyarakat hanya 53 persen atau sebesar Rp 1,4 triliun saja.
Untuk belanja langsung, belanja pegawai bisa terealisasi terealisasi 73 persen, realisasi belanja barang dan jasa 69 persen dan realisasi belanja modal hanya 40 persen. 

Artikel ini ditulis oleh: