Medan, Aktual.com — Tak banyak yang tahu, kisah operasi Aquila dan apa kaitannya dengan Ramadhan Pohan. Aquilla Qatrunnadha, adalah seorang anak penderita Atresia Billier (tak punya saluran empedu).

Dalam kondisi fisiknya yang kian lemah, dan orangtuanya nyaris putus asa, Ramadhan seakan perpanjangan tangan yang membawa kabar baik. Perannya memang sederhana, menjembatani Aquilla dengan kementerian kesehatan. Namun peran itu amat berarti, setidaknya bagi seorang anak dan bagi seorang ibu yang amat mencintainya.

Suraya (29), seorang ibu yang telah mempertaruhkan segalanya buat Aquilla. Tabungan sudah habis. Perabot, kasur dan rumah, semua ludes terjual, demi membiayai pengobatan anaknya. Tak ada lagi yang tersisa untuk 1,5 tahun menjalani rawat jalan.

Bahkan ia telah mengupayakan pinjaman dari mana-mana. “Saat itu kami benar-benar panik. Dunia serasa runtuh. Kami gak tau lagi harus melakukan apa,” kenang Suraya (29) saat diwawancarai wartawan, Selasa (17/11)

Suraya, hanya seorang pegawai negeri biasa. Jabatannya juga masih rendah. Ia bekerja di bagian perpustakaan. Bertugas di Kabupaten Batubara. Suaminya, Asyari Parinduri (29), seorang pedagang keliling. Sebagai pasangan yang baru dikarunia anak, kehadiran Aquila tentulah sangat membesarkan hati. Pasangan ini merasa terberkati.

Namun, sukacita itu berumur pendek. Kebahagian perlahan luntur, tatkala Aquila berumur 1,3 bulan, kesehatan tubuhnya tiba-tiba menyusut. Sekujur tubuhnya berwarna kuning. Bola matanya menguning. Tubuhnya makin kurus. Perutnya membesar, seperti balon yang siap meletus. Suraya makin panik, ketika mendapati bahkan kotoran anaknya juga berwarna putih seperti cairan susu.

Sebagai seorang ibu, Suraya mengikuti nalurinya. Ia lekas membawa putrinya itu ke Rumah Sakit Adam Malik, Medan. Dan belum bisa dipastikan apa penyakitnya. “Ada dugaan ia kena Atresia Billier. Nggak punya saluran empedu,” terangnya.

Beberapa koleganya mengusulkan agar membawa Aquila ke Penang, Malaysia. Suraya pun tak menunggu lama. Ia membawa putrinya terbang ke Penang pada November 2012. Rumah sakit di sana memastikan, Aquilla memang terkena Atresia Billier.

Mendengar nama penyakit itu, Suraya lemas. Terkenang berita tentang Bilqis, anak dengan penderitaan serupa, dan tak sempat terselamatkan. Mengingat dana sudah minim, Suraya mengurungkan niatnya merawat inap anaknya di Penang. Ia cepat-cepat membawa pulang anaknya ke tanah air.

Mereka lalu berobat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Suraya harus meminja-minjam uang untuk biaya pengobatan anaknya. Ia mulai pusing memikirkan biaya pengobatan anaknya, serta sumber-sumber pinjaman yang bisa didapatnya. Ia terus berharap kepada Yang Maha Kuasa.

Di saat bersamaan, ketika rekan-rekan Suraya sedang menggalang dana di kantin Jurusan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya USU, Ramadhan Pohan, anggota Komisi I DPR RI datang menghampiri.

Ramadhan menawarkan kepada tim penggalang dana, agar selama Aquilla dirawat di Jakarta, keluarga Suraya tinggal di rumah dinasnya, di Jalan Kalibata Jakarta. Tak sampai di situ, Ramadhan, dengan kekuatan jejaringnya, terus menggalang dana untuk membantu biaya pengobatan Aquilla.

Ramadhan tak ingin bernasib sama dengan Bilqis, anak penderita Atresia Billier yang nyawanya tak terselamatkan.

Ramadhan bahkan membawa kasus penyakit Aquilla sampai ke meja Kementerian Kesehatan. Akhirnya Kemenkes mencairkan dana cash sebesar Rp100 juta untuk biaya pengobatan Aquilla. Tak pelak pada 26 April 2014, Aquilla dioperasi di RSCM. Dua bulan ia opname. Hatinya dicangkok. Tantenya bersedia menyumbangkan 30 persen hatinya untuknya. Selamatlah keluarga Suraya dari ketakutan terbesarnya.

Selama masa operasi dan pemulihan itu, keluarga Suraya tinggal di rumah dinas Ramadhan Pohan. Kurang lebih dua tahun. Tinggal di rumah dinas Anggota DPR RI dari Faksi Partai Demokrat itu jauh lebih baik ketimbang mengontrak. Sebelumnya, Suraya mengontrak di Cikini selama anaknya rawat jalan. Mereka kewalahan tinggal di Jakarta, karena sama sekali tak punya kenalan dan kerabat di sana.

“Waktu kami mengontrak, kami kewalahan keuangan. Kami fokus bagaimana mengobati Aquilla. Tak ada pendapatan. Tak ada pengerjaan. Setiap hari, selalu ada pengeluaran. Padahal biaya di Jakarta sangat mahal. Belum lagi, Aquilla butuh tempat yang steril dan bersih agar cepat sembuh. Untung Pak Ramadhan baik hati,” ungkapnya penuh haru.

Selain itu, selama masa operasi, wakil rakyat yang pernah 20 tahun jadi wartawan itu juga rajin menjenguk Aquilla, baik di Rumah Sakit maupun di rumah dinasnya.

“Kalau Pak Ramadhan tidak sibuk, ia mengutus anak buahnya untuk memastikan kami sehat dan terlayani dengan baik. Tapi kalau ia luang, ia sendiri yang datang menjenguk kami. Ia rajin datang,” beber Suraya lagi.

Bahkan ketika Ramadhan Pohan sudah tak lagi jadi Anggota DPR RI, ia masih rajin menjenguk Aquilla. Ketika rumah dinasnya sudah dipakai wakil rakyat yang lain, Ramadhan menghubungkan Suraya dengan pihak Kemensos, supaya disediakan ruang tempat tinggal bagi keluarga ini selama masa proses pemulihan kesehatan Aquilla.

“Kini Aquilla sudah lumayan sehat. Hatinya sudah baru. Kami sudah pulang ke kampung, ke Batubara,” ujarnya.

Aquilla adalah anak semata wayang. Dan Suraya amat bahagia, anaknya bisa dioperasi. Dan ia tak bisa melupakan Ramadhan Pohan yang telah banyak membantu, menjembatani anaknya dengan kementerian kesehatan. Bahkan juga terus menjaga silaturahim.

Lebih dari itu, bagi Suraya, Ramadhan Pohan telah meniupkan sebuah pengharapan, bahwa selalu ada jalan keluar dari persoalan. Ramadhan, di matanya, sosok yang bisa membawa perubahan.

“Terima Kasih Pak Ramadhan, sudah memperhatikan Aquilla. Semoga Allah yang membalaskan segala kebaikanmu,” doa Suraya.

Artikel ini ditulis oleh: