Jakarta, Aktual.com — Bank Indonesia (BI) menilai butuh waktu cukup panjang minimal tujuh tahun untuk mempersiapkan redenominasi rupiah atau penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya.

“Redenominasi itu sebenarnya sesuatu yang sederhana, tapi masalahnya ada pada pola pikir dan psikologi masa sehingga butuh waktu mewujudkannya,” kata Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Andi Wiyana di Jakarta, Selasa (17/11).

Ia menyampaikan hal itu saat berdiskusi dengan rombongan wartawan ekonomi dari Padang, Sumatera Barat bersama Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumbar.

Menurut dia, berdasarkan pengalaman negara-negara lain butuh waktu lima sampai 12 tahun untuk dapat melakukan redenominasi.

“Nilai uang sebenarnya tidak berubah, hanya penyebutan yang berubah, ini perlu hati-hati apalagi Indonesia terdiri atas 17 ribu pulau,” kata dia.

Ia mengatakan saat diterapkan di Belanda sempat kisruh, di Polandia juga siapa yang tidak menerapkan di penjara karena dinilai melanggar hukum.

Andi menilai mau tidak mau redenominasi harus dilakukan karena terlalu besar biaya yang harus dikeluarkan dengan nilai mata uang saat ini.

Sekarang banyak transaksi yang menggunakan komputer seperti transfer, belanja dan lainnya, jika nilai mata uang semakin besar maka biaya pemeliharaan komputer perbankan menjadi tinggi, ujar dia.

Ia memberi contoh tiket dari Jakarta ke Amerika kelas satu harganya Rp120 juta dengan jumlah nominal angka mencapai sembilan, sementara kalau dikonversi ke dolar amerika hanya sekitar 10 ribu dolar yang hanya lima angka.

Akan banyak biaya yang dapat dihemat jika nominal mata uang rupiah dapat dikurangi terutama dari aspek penggunaan komputer, kata dia.

Kemudian, lanjut dia, redenominasi akan menekan angka ketidaktelitian karena saat mengetik angka Rp100 miliar risiko salahnya akan lebih besar dibandingkan Rp100 juta.

Oleh sebab itu, ini bukan masalah politik, namun lebih kepada risiko kesalahan dan upaya mengefisienkan biaya.

Ia menambahkan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memberlakukan redenominasi adalah ekonomi stabil, inflasi rendah sehingga akan lebih mudah diterapkan.

Sementara, salah seorang wartawan asal Padang Hendri menyambut baik wacana redenominasi karena nominal uang yang ada saat ini terlalu besar.

Bayangkan jika ada yang berbelanja makanan dengan harga Rp50 ribu, kalau pakai dolar cukup 5 dolar, betapa jauh bedanya walaupun nilai sama, ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka