Jakarta, Aktual.com — Pengamat Politik Sigma Said Salahudin menilai terlalu sempit jika hanya mempermasalahkan inisial SN sebagai pencatut nama presiden.
Said mengatakan, yang harus ditelusuri adalah siapa dalang yang tak ingin kontrak freeport diputus. Tentunya, yang punya kepentingan dengan negara besar.
“Saya merasa terlalu sepele melihat kasus ini antara Freeport, Sudirman Said dan DPR. Saya curigai ini ada hal lebih besar dibalik ini. Kita tau Freeport itu siapa, kita tahu uang Freeport ini masuk dinikmati negara mana. Kita tahu kalau Freeport diputus kontraknya maka ada pihak yang kecewa. Maka karena menyangkut kepentingan negara besar saya kira mereka nggak rela kalau di sampai tidak diperpanjang kontraknya,” ujar Said di Jakarta, Rabu (18/11).
Menurutnya, masalah tersebut bisa saja adalah salah satu rancangan skenario intelejen menciptakan politik adu domba agar politik dalam negeri terpecah belah.
“Bisa saja negara yang bersangkutan merancang skenario intelejen untuk membuat suasana terkait ini diatur sedemikian rupa yang ujungnya tetap bisa diperpanjang. Intelejen punya banyak cara. Salah satunya membuat politik adu domba antara yang dia tau di Indonesia dalam negeri politik terbelah,” katanya
Said mengatakan indikasi berawal dari rekaman. Bila memang direkam secara sengaja berarti terselubung maksud dalam skenario yang digulirkan.
“Ada indikasi kesana. Curiganya soal rekaman tadi. Disiapkan rekaman berarti punya maksud. Ada niat tertentu. Indikasinya rekaman ini memang sudah diskenariokan,” tuturnya.
“SS katakan dapat laporan karena dilaporkan. Sudah dalam skenario itu. SS orang yang cukup ngotot perpanjang kontrak. Rizal Ramli kan pernah tuding. Indikasi ini salah satu dugaan dibalik kasus ini ada negara besar yang bermain merancang skenario itu sedemikian rupa,”tandasnya
Artikel ini ditulis oleh: