Seorang karyawan mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11). IHSG pada Senin sore ditutup menguat tipis sebesar 9,40 poin atau 0,2 persen ke 4.464,58 dengan 100 saham menguat, 175 melemah, dan 76 stagnan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye/15.

Jakarta, Aktual.com — PT Schroder Investment Management Indonesia mengincar saham-saham yang masuk dalam kategori defensif sebagai strategi menjelang rencana bank sentral AS (the Fed) menaikkan suku bunga acuannya.

“Risiko kenaikan suku bunga acuan Fed (Fed fund rate) tidak bisa dikesampingkan, dalam pemilihan saham kami memilih saham yang defensif dan pemenang di sektornya. Seperti di sektor konsumer kita memilih yang memang kinerjanya bagus, perbankan karena valuasi menarik, dan kami juga ada di sektor infrastruktur dan kontruksi karena dalam perkembangannya masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tiga tahun mendatang,” ujar Senior Fund Manager Schroder Investment Management Indonesia, Irwanti di Jakarta, Rabu (18/11).

Ia memandang kondisi makro Indonesia mulai optimis mengalami perbaikan, itu terlihat dari neraca perdagangan Indonesia yang mengalami tren surplus dan defisit transaksi berjalan yang sudah lebih baik dari sebelumnya. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah juga mulai stabil.

“Jadi, hal-hal itu yang membuat kami leibh positif dalam menghadapi kenaikan ‘Fed fund rate’ pada akhir tahun ini dengan cukup relatif aman,” katanya.

Menurut dia, kenaikan suku bunga the Fed akan memicu reaksi negatif dalam jangka pendek, namun di tengah situasi itu merupakan kesempatan untuk melakukan akumulasi saham karena potensi ekonomi domestik membaik pada tahun 2016 mendatang cukup terbuka.

“Diharapkan ekonomi tahun depan bisa lebih kencang. Jika pertumbuhan ekonomi membaik mestinya kinerja emiten akan membaik sehingga investor asing juga akan tertarik,” kata Irwanti.

Ke depan, lanjut Irwanti, seiring dengan sentimen ekonomi Indonesia yang mulai membaik maka diharapkan juga dapat meningkatkan dana kelolaan Schroder Investment Management Indonesia bisa lebih baik dari saat ini yang sekitar Rp60 triliunan.

“Dana kelolaan kita sempat menyentuh Rp72 triliun sebelum pasar terkoreksi pada pertengahan tahun ini. Tapi kedepannya seiring dengan sentimen yang membaik seharusnya lebih baik dari sekarang yang sekitar 60 triliunan,” katanya.

Meski dana kelolaan menurun, lanjutnya, namun masih positif dibandingkan tutup tahun 2014 lalu.

Head of Research Senior Fund Manager Schroder Investment Management Indonesia Liny Halim menambahkan bahwa kebijakan pemerintah dan kinerja kabinet Indonesia dalam beberapa bulan terakhir memberikan sentimen yang cukup positif di pasar saham domestik.

“Kalau kebijakan pemerintah dinilai pasar positif mestinya dampak ke IHSG (indeks harga saham gabungan) juga baik,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka