Jakarta, Aktual.co — Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta Pemerintah untuk lebih cermat dalam melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi global di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar saat ini. Pasalnya, hal itu tentu memiliki dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi ekspor.

“Kalau pertumbuhan ekonomi global sendiri tidak begitu optimis, terus bagaimana dengan ekspor kita? Ekspor kita ini kan sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi global. Amerika Serikat sedang mengkonsolidasikan sistem keuangannya, China kemudian mengkonsolidasikan pertumbuhannya akibat dari reposisi Amerika itu. Ini kan harus diantisipasi dalam melihat gejolak ekonomi global,” kata Misbakhun kepada Aktual, Jakarta, Senin (6/4).

Selain itu, dirinya juga masih memberi peringatan kepada Pemerintah terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

“Melihat pelemahan Rupiah, saya masih memberikan sinyal “warning” kepada pemerintah. Ibaratnya dalam lalu lintas jalan, masih kedip-kedip kuning, belum lampu merah,” ujarnya.

Mengapa demikian? “Itu karena Indonesia belum menunjukkan penurunan ekspor, sedangkan pada saat yang sama pemerintah sedang melakukan upaya penguatan struktur APBN, belanja modal dan ruang fiskal yang besar,” ucap Misbakhun.

Ia menjelaskan, kurs Rupiah dipatok Rp12.500 dalam APBN, itu merupakan rata-rata per tahun bukan patokan hari ini atau bulan ini saja. Meskipun memang rupiah di atas angka Rp13.000 menjadi psikologikal.

“Namun jika angka Rp13.000 mudah tercapai, begitu pula angka yang lain, akan semakin mudah terlewati. Pengambil kebijakan bidang ekonomi dan moneter, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) belum kelihatan hasil kerja kerasnya. Selama ini BI mengaku selalu hadir di pasar, tapi hasilnya apa? Pemerintah tidak diperkenankan mengintervensi, tetapi BI juga tidak boleh kehilangan ruh nya dalam menjalankan tugasnya, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mata uang lain,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka