Buruh angkut menurunkan beras impor Vietnam dari sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Ribuan ton beras impor dari Vietnam telah masuk ke tanah air, beras impor tersebut digunakan untuk menjaga cadangan pangan seiring menipisnya stok beras saat ini. Pelaksanaan impor beras dilakukan untuk memenuhi persediaan stok beras di beberapa daerah. Akibat El Nino, panen pun mundur karena kekeringan. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Purwokerto, Aktual.com – Impor beras bukan kebijakan yang baik karena bersifat paling sederhana untuk menyelesaikan masalah ketersediaan pangan. Demikian disampaikan pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof. Totok Agung Dwi Haryanto.

“Jadi lebih bagus memperkuat basis kapasitas produksi di dalam negeri,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (22/11).

Oleh karena itu, dia mengaku mendukung jika ada penolakan terhadap beras impor.

Kendati demikian, dia mengatakan jika ada beras impor sebaiknya langsung ditempatkan di daerah-daerah yang mungkin mempunyai potensi rawan pangan.

“Kemudian beras impor itu disimpan di gudang. Dalam kondisi memang dibutuhkan, baru dikeluarkan sebagai cadangan,” kata Gurubesar Fakultas Pertanian Unsoed itu.

Menurut dia, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur bukan termasuk daerah yang memiliki potensi rawan pangan.

Bahkan, kata dia, produksi beras dua provinsi itu cukup memadai untuk mendukung produksi dalam negeri.

“Kalau beras impor masuk itu akan mengganggu harga (beras lokal). Apalagi Presiden Joko Widodo pernah menyatakan tidak akan impor beras,” katanya.

Ia mengatakan bahwa cita-cita tidak akan impor beras itu seharusnya dipertahankan sehingga bisa terwujud.

Menurut dia, cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut, yakni dengan mengerahkan segala potensi, baik di Kementerian Pertanian maupun daerah-derah yang memiliki potensi besar di bidang pertanian, khususnya produksi beras.

Artikel ini ditulis oleh: