Jakarta, Aktual.com — Harga minyak berakhir sedikit lebih tinggi pada Kamis (26/11) pagi WIB, setelah laporan persediaan AS menunjukkan peningkatan pasokan minyak bumi, tetapi laporan terpisah menunjukkan lebih sedikit rig AS yang beroperasi.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik 17 sen menjadi ditutup di 43,04 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari, bertambah lima sen menjadi menetap di 46,17 dolar AS per barel di perdagangan London.

Data dari Departemen Energi AS menunjukkan bahwa pasokan minyak AS untuk pekan yang berakhir 20 November naik 1,0 juta barel menjadi 488,2 juta barel, di bawah ekspektasi pasar, atau 105,2 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya.

Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk kontrak AS, menambahkan 1,75 juta barel menjadi 58,6 juta barel.

Itu diikuti oleh laporan dari Baker Hughes yang menunjukkan penurunan sembilan rig minyak di AS menjadi 555 rig untuk pekan yang berakhir 25 November.

Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities, mengatakan laporan persediaan minyak AS adalah “negatif” sejauh menunjukkan kelebihan pasokan memburuk, “tapi tidak super-negatif” dibandingkan dengan ekspektasi.

Melek mengatakan pasar akan tetap skeptis terhadap data Baker Hughes sampai ada bukti besar bahwa jumlah rig yang lebih rendah berakibat dalam pengurangan produksi. Produksi minyak AS turun hanya 17.000 barel per hari pekan lalu, kurang dari 0,2 persen.

“Kami telah melihat produksi minyak tidak merespon secepat apa yang dinyatakan oleh rig minyak,” katanya. “Jadi pandangan kami berlanjut akan menguji tingkat terendah dalam beberapa minggu terakhir.” Para pedagang sedang menuggu pertemuan OPEC pekan depan di Wina untuk tanda-tanda apakah kartel produsen minyak akan memangkas tingkat produksi mereka yang tinggi.

Tim Evans, analis di Citi Futures, mengatakan telah ada pembicaraan dari beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang ingin memotong produksi, tetapi bukan dari Arab Saudi dan anggota berpengaruh lainnya, “menyatakan mereka akan bersikeras melanjutkan perjuangan untuk pangsa pasar.”

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan