Jakarta, Aktual.com — Kepala Kepolisian Resor Mataram, Nusa Tenggara Barat, AKBP Heri Prihanto, mengatakan dalam momentum pilkada biasanya rentan beredarnya uang palsu sehingga diharapkan masyarakat tetap waspada.
“Biasanya kalau momentum pilkada ini, rentan peredaran uang palsu. Biasanya digunakan untuk ‘serangan fajar’, masyarakat tidak tahu itu. Ini yang perlu kita dalami, apa ada kaitannya,” kata Heri di Mataram, Sabtu (28/11).
Hal itu dikatakannya setelah mendengar informasi bahwa anggota tim Buru Sergap (Buser) Polsek Mataram, pada Jumat (27/11) malam, berhasil membongkar tempat produksi uang palsu di wilayah Pagesangan, Kota Mataram.
Dalam aksi penggerebekkan tersebut, anggota berhasil mengamankan empat pelaku, antara lain berinsial SA (32), OAK (20), FA (22), dan WK (29). Keempatnya diketahui asli dari Sumbawa.
Selain empat pelaku, anggota turut mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya uang palsu pecahan Rp100 ribu siap edar, sejumlah Rp19 juta, 38 lembar kertas cetakan Rp100 ribu dan satu lembar kertas cetakan Rp50 ribu.
Kemudian, anggota juga menemukan peralatan yang diduga digunakan untuk mencetak uang palsu, yakni satu unit “printer” yang masih terdapat satu lembar cetakan Rp100 ribu di dalamnya.
Berdasarkan laporan, Kapolres Mataram meminta kepada anggotanya untuk mendalami keterangan para pelaku. “Apakah mereka ini sudah lama memproduksinya, dan apakah sudah ada yang diedarkan. Ini yang belum kita ketahui. Yang jelas nantinya itu sebagai bahan penyelidikan,” ujar Heri.
Seperti yang sebelumnya pernah terungkap di wilayah Terara, Kabupaten Lombok Timur, uang palsu yang diproduksi para pelaku memiliki kualitas nomor satu.
“Waktu kasus yang terungkap di wilayah Terara itu, kualitasnya nomor satu, diraba terasa aslinya, sulit dibedakan,” kata mantan Kapolres Lombok Timur itu.
Berkaca dari pengungkapan kasus di Terara, Kapolres sekali lagi mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati. Jika menemukan uang palsu, diharapkan untuk segera melaporkan kepada pihak kepolisian.
“Ini yang harus kita perhatikan, masyarakat harus cermat,” kata Heri.
Artikel ini ditulis oleh: