Paris, Aktual.com – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan negosiasi pendanaan akan berjalan lebih sulit mengingat negara-negara besar tidak mau menyampaikan “pledge” dalam ruangan besar.

“Negosiasi hingga hari pertama masih untuk membahas dokumen yang disiapkan untuk diputuskan pada tingkat menteri. Yang tadi diangkat katanya yang akan berat itu soal finansial,” kata Siti saat ditemui di Sekretariat Delegasi Republik Indonesia (Delri) di “Conference of Parties” (COP) 21 Paris, Prancis, Rabu (2/12).

Negara-negara maju, menurut dia, tidak mau menyampaikan pledgenya dalam ruangan besar. “Karena itu angka-angka itu tidak akan keluar”.

Meski demikian, ia mengatakan telah meminta kepada para negosiator Delri untuk dapat meyakinkan bahwa Indonesia mempunyai banyak kegiatan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi. Termasuk dalam pengembangan standar dan cara-cara pengukuran emisi yang transparan.

“Dan itu membutuhkan dukungan (dari pihak/negara luar). Memang pertanyaan yang mungkin muncul (dari masyarakat) kenapa selalu dukungan finansial dibutuhkan? Iya karena Indonesia terlalu besar dari segi luasan dan populasi,” ujar Menteri.

Sehingga dalam praktik-praktiknya, contoh dalam dinamika “land use”, masyarakat terlihat dan butuh dukungan finansial. Dari sana alasan finansial diperjuangkan dalam COP 21.

Selain soal finansial untuk mitigasi, adaptasi, pengurangan emisi, ia mengatakan hal kedua yang diarahkan kepada ketua subtim delegasi untuk selalu “binding” dengan negara lain.

“Kita harus memperhatikan juga negara-negara berkembang lain, kalau perlu mencari teman, berjuang bersama, karena kalau bicara Indonesia kita tidak pernah sendiri tetapi berjuang bersama dengan negara lain (di COP)”.

Jadi, ia mengemukakan dirinya selalu meminta agar negosiator memberikan penekanan pendekatan kepada negara-negara yang sudah sejalan. “Misalkan, Malaysia dan Brunei sudah nyatakan ok terus kita anggap sudah, itu jangan. Lakukan penekanan, lalu bujuk lagi kalau dia belum sejalan”.

Negosiasi di COP 21, menurut dia, dilakukan sejak pagi hingga pukul 19.00 waktu setempat, dilakukan di 32 ruang berbeda. Dalam waktu bersamaan pertemuan-pertemuan bilateral tetap berjalan.

Artikel ini ditulis oleh: