Jakarta, Aktual.com — Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri Brigjen Yazid Fanani menyebut, tren perdagangan ilegal satwa langka dan dilindungi, kini marak dilakukan lewat internet.

“Sejauh ini penjualan lewat online memang meningkat, karena kan kalau melalui online konsumennya juga luas,” kata dia di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/12).

Untuk itu, pihaknya menggandeng tim dari Subdirektorat Cyber Crime Bareskrim Polri untuk melakukan pengawasan siber. “Kami akan menggandeng Cyber Crime Mabes Polri untuk patroli siber,” katanya.

Dia pun mengajak masyarakat untuk membantu memberi informasi kepada kepolisian bila mengetahui adanya praktik perdagangan satwa langka.

“Kami bersama Tim Cyber Crime akan patroli parsial. Kami juga minta bantuan masyarakat ikut mengawasi. Termasuk kami akan beri pembelajaran ke masyarakat kalau penjualan hewan langka dan dilindungi itu ada regulasinya,” ujarnya.

Sepanjang 2015, Yazid mengaku pihaknya telah berhasil mengungkap 23 kasus perdagangan satwa langka, dimana mayoritas perdagangannya dilakukan melalui online.

Sebelumnya pada Selasa (1/12), Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri memusnahkan sejumlah barang bukti tindak pidana perdagangan ilegal satwa langka yakni karapas penyu kering, penyu kering, tanduk rusa dan kuda laut.

“Hari ini kami memusnahkan barang bukti tindak pidana menyimpan, memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa liar dilindungi, rinciannya 345 kilogram karapas penyu hijau kering, 70 kilogram daging penyu kering, 100 kilogram tanduk rusa dan 80 ekor kuda laut,” kata Yazid Fanani.

Barang bukti tersebut merupakan milik tersangka AA (laki-laki, 61). AA ditangkap di sebuah gudang yang berlokasi di Jalan Gresik Gadukan Nomor 159 RT 06/04 Kelurahan Moro Krembangan, Kecamatan Krembangan, Surabaya, Jawa Timur. Di gudang tersebut, ditemukan barang bukti sejumlah karapas penyu, daging penyu, tanduk rusa dan kuda laut yang sudah dikeringkan.

Dari keterangan AA, diketahui kegiatan usaha AA meliputi pengolahan dan pengepul hasil laut berupa teripang. Namun dalam usaha tersebut, ternyata juga dilakukan perdagangan satwa dilindungi yakni karapas penyu, daging penyu, tanduk rusa dan kuda laut yang sudah dikeringkan.

Sementara mekanisme penjualan barang tersebut dilakukan dengan dua cara yakni pertama, pembeli datang langsung ke gudang atau tempat pengolahan atau, kedua, perdagangan melalui jasa pengiriman dan transfer rekening bank. “Mekanisme penjualan dilakukan secara konvensional dan online,” katanya.

AA, kata Yazid, mendapatkan barang dari Maluku dan Papua. “Ini dari beberapa daerah, tapi utamanya dari Maluku dan Papua,” ujarnya.

“Barang tersebut untuk dikirim ke luar negeri. Karena dipercaya berkhasiat untuk dijadikan obat sehingga sangat mahal,” imbuhnya.

Dia menambahkan, usaha AA tersebut sudah berjalan selama dua tahun. Sementara kerugian atas perdagangan ilegal penyu dan rusa tersebut diperkirakan mencapai Rp3 miliar. Atas perbuatannya, tersangka AA dijerat dengan Pasal 21 Ayat 2 Huruf B dan D Jo Pasal 40 Ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu