Jakarta, Aktual.com — Lembaga Pusat Kajian Sosial (LPKS) dalam surveinya menyebutkan sebanyak 41 persen masyarakat Kabupaten Gresik masih mengharapkan imbalan uang, atau politik uang dalam pelaksanaan Pilkada setempat, dan 30 persen tidak terpengaruh dan sisanya tidak tahu.

“Adanya politik uang masih cukup berpengaruh. Sebanyak 41 persen masih mengharapkan imbalan uang, 30 persen tidak terpengaruh dan sisanya tidak tahu. Jadi politik uang masih cukup signifikan,” ujar peneliti LPKS M Mustar dalam keterangan persnya di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (5/12).

Mustar menyebutkan temuan lain dalam surveinya faktor keberadaan petinggi agama Islam juga sangat memperngaruhi suara Pilkada di wilayah setempat, dan sangat dominan dengan 46 persen, sementara pengaruh politisi sangat kecil hanya 4 persen.

“Pengaruh kiai masih 46 persen, tokoh masyarakat hanya 38 persen, kepala desa pengaruhnya hanya 11 persen disusul politisi yang hanya 4 persen. Artinya, para kiai masih dominan dapat mempengaruhi pola pilihan masyarakat,” katanya.

Dia menjelaskan, tingginya dominasi kiai di Kabupaten Gresik disebabkan masyarakat setempat masih mengikuti fatwanya, disusul tokoh masyarakat kemudian kepala desa.

Survei yang dilakukan pada periode 15-30 November 2015 itu, kata Mustar, menggunakan metode “multistage random sampling”, dengan tingkat kepercyaannya dipatok 95,26 persen dan kesalahan sebesar 4,74 persen, serta masyarakat yang menjadi objek survei mulai usia 17 tahun hingga pemilih manula, dengan jumlah 500 responden.

Sementara, hasil survei itu menyebutkan pasangan nomor urut 2, yakni Husnul Khuluq dan Achmad Rubaie atau biasa dikenal dengan sebutan “Berkah” mampu mengungguli pasangan petahana, yakni Sambari Halim Radianto dan Muhammad Qosim dengan nomor urut 1 yang biasa disebut dengan “SQ”.

“Pasangan nomor urut 2 mendapatkan 49,4 persen, dan menggungguli imcumbent Sambari Halim Radianto-M Qosim (SQ) yang mendapat suara 38,2 persen, serta pasangan nomer 3, Ahmad Nurhamim-Junaidi (Arjuna) mendapat 3,4 persen. Sisanya 9 persen belum menentukan pilihan,” katanya.

Mustar menyebutkan, tingginya perolehan suara Berkah dipengarui beberapa faktor, yakni elektabilitas yang mulai naik dan tingkat ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan petahana yang cukup tinggi yakni 56 persen, dan masyarakat yang puas hanya 37 persen, serta tidak tahu 7 persen.

“Pilkada Kabupaten Gresik merupakan pertarungan antara nomor satu dan nomor dua yang cukup sengit, sebab nomor 3 sangat kecil kemungkinan bisa mengangkat suara,” katanya.

Menanggapi hasil survei ini, guru besar ilmu politik Universitas Negeri Airlangga Surabaya Hotman Siahaan mengaku perlu mendapat perhatian serius terkait tingginya politik transaksional di Gresik, sebab angka tersebut bisa menentukan siapa pemenang dalam pelaksanaan Pilkada Gresik.

“Hasil survei yang ada di Kabupaten Gresik ini tidak bisa menjadi ukuran untuk Jawa Timur secara keseluruhan, karena karakteristiknya berbeda-beda setiap daerah. Namun demikian, kecendrungan masyarakat yang memilih libur daripada menggunakan hak pilihnya memang tidak bisa dipungkiri, dan adanya pancingan politik uang,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu