Medan, Aktual.co — Kepala Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, Tarmizi membantah penelantaran situs-situs sejarah di Kota Sibolga termasuk Benteng-benteng di Bukit Ketapang.
Tarmizi mengakui, Benteng di Bukit Ketapang memiliki potensi wisata yang perlu dilestarikan keberadaanya. Namun sayang, kata Tarmizi, selama ini pihaknya mengalami kendala klasik yakni, soal anggaran yang kecil.
“Ya, masalah klasik. Anggaran yang kecil,” ujar Tarmizi beberapa waktu lalu.
Karena kendala tersebut, lanjutnya, pada Desember 2014 lalu, dirinya sudah mendaftarkan Benteng-Benteng itu kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan harapan oleh Kementerian, Benteng-benteng itu dijadikan sebagai kawasan Cagar Budaya.
“Sudah diusulkan ke Kementerian Kebudayaan Desember 2014, sudah kita daftarkan untuk dijadikan cagar budaya, setelah terdaftar jadi cagar budaya, mereka lah yang menggali. Kan kita nggak tau apa peninggalan di dalamnya.
Disebutkannya, jumlah Benteng yang telah didaftarkan itu di antaranya delapan buah Benteng di Ketapang, Goa Tangga Seratus dan Goa Sikaje-Kaje.
“Benteng secara menyeluruh di Kota Sibolga. Yang sudah didata (didaftarkan) itu Benteng di Ketapang ada terdapat delapan buah benteng, Goa di Tangga Seratus dan Goa Sikaje-Kaje. Kalau secara prosedur mereka akan turun dulu, baru dinilai apakah layak apa tidak,” tuturnya.
Tarmizi mengakui, selama Benteng-benteng itu tidak mendapatkan advokasi dan perlindungan, maka situs-situs sejarah itu lambat laun akan hancur. Apalagi mengingat pertumbuhan penduduk. Tapi lagi-lagi, Tarmizi mengungkapkan persoalan mendasar yang dihadapi adalah soal anggaran.
“Ya takutnya kita hancur karena perkembangan penduduk. Tapi untuk ini kan membutuhkan dana yang tidak sedikit, bisa mencapai Milyaran, belum lagi soal pembebasan tanah dan merubah maindset masyarakat untuk sadar pariwisata,” kata dia.
Tarmizi menuturkan, ke-pariwisataan di Kota Sibolga saat ini menjadi alternatif mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dibutuhkan lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja baru. Dan, sektor wisata akan menjadi salah satu yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja itu.
“Karena pariwisata menjadi alternatif, berapa lapangan pekerjaan yang akan terbuka? Tapi bagaimana melakukan itu jika anggaran yang dimiliki kecil, jadi mainset nya yang harus di rubah. Pemko masih mencari donatur juga untuk mengembangkan sektor kepariwisataan,” tutupnya. (Tamat).
Artikel ini ditulis oleh:

















