Jakarta, Aktual.com — Para pengunjuk rasa, sebagian besar anggota pasukan paramiliter Syiah, berkumpul di pusat Baghdad, ibu kota Irak, pada Sabtu (12/12), untuk menuntut penarikan pasukan Turki dari Irak.
Irak menyatakan Turki mengerahkan tentara dan tank-tank ke sebuah pangkalan di utara negara itu pekan lalu tanpa izinnya, memicu pertikaian diplomatik antara Baghdad dan Ankara.
Turki menyatakan pasukan itu dikerahkan untuk melindungi para pelatih yang bekerja dengan pasukan Irak di tempat tersebut, tetapi Baghdad telah berulang-ulang menuntut penarikannya dan mengeluhkan hal itu ke Dewan Keamanan PBB.
Kelompok-kelompok dalam Hashad al-Shaabi atau Pasukan Mobilisasi Rakyat, yang didominasi milisi Syiah dukungan Iran, menyerukan demonstrasi itu menentang kehadiran militer Turki.
“Sebagai pemimpin satu brigade militer, saya sepenuhnya tak puas dengan aksi pemerintah, dan kami di sini menyatakan bahwa kesabaran Irak sudah habis,” kata Ali Rubaie, komandan unit yang biasanya ditempatkan di sebelah barat Baghdad.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi seyogyanya mengambil sikap tegas sejak awal daripada membuat konsesi dengan Massud Barzani, pemimpin kawasan otonomi Kurdi di Irak dan lain-lain, kata dia.
“Tetapi kami disini bukan untuk meragukan kemampuan panglima kami, dan sebagai brigade kami siap,” kata Rubaie, yang mengenakan seragam militer dan mempunyai bendera Irak yang dipasang di kayu di pundaknya.
Tetapi tidak semua pengunjuk rasa adalah petempur, termasuk pengusaha Hussein al-Samawi, yang datang dari kota Samawa, sebelah selatan Baghdad, untuk ikut serta.
“Kami setuju dengan tiap langkah yang perdana meneteri ambil sekarang,” kata dia. “Kita harus ambil langkah politik tapi jika tak bekerja, kekuatan akan menjadi satu-satunya pilihan.”
Demonstrasi itu sebagian besar dihadiri oleh anak-anak muda yang mengenakan pakaian militer dan terorganisasi baik. Mereka berkumpul di Lapangan Tahrir di bagian utara Baghdad.
Kawasan itu dijaga ketat oleh pasukan keamanan termasuk satuan yang ditempatkan di atap-atap gedung, dan jalan-jalan ditutup sepanjang beberapa kilometer dari tempat protes.
Turki kritik Rusia Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Jumat mengeritik Moskow karena menggunakan tiap-tiap wahana untuk menyasar Turki setelah pesawat Rusia ditembak jatuh oleh jet tempur Turki, termasuk pengerahan tentara Turki yang kontroversial di Irak ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB.
Moskow telah memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi atas Ankara setelah jet-jet tempur Turki menembak jatuh satu jet tempur Su-24 di perbatasan Suriah pada 24 November, yang memicu krisis terbesar antara kedua negara itu sejak Perang Dingin.
Ankara menyatakan pesawat Su-24 itu berulang-ulang melanggar ruang udara Turki tetapi Moskow tetap menyatakan pihaknya tak pernah keluar dari ruang udara Suriah.
Tetapi Turki sejauh ini tidak membalas dengan sanksi-sanksi.
Kapal-kapal Rusia, termasuk kapal-kalap perang, masih melintasi Selat Bosphorous. Sementara Moskow mulai 2016 akan memberlakukan lagi visa bagi warga Turki sebagai langkah balasan, warga Rusia masih dapat bepergian ke Turki tanpa visa.
Rusia pada Selasa menyerukan pembicaraan informal tentang kehadiran pasukan Turki di wilayah Irak, namun Dewan Keamanan PBB tidak mengambil sikap atas perselisihan tersebut.
Artikel ini ditulis oleh: