Jakarta, Aktual.com — Indonesia sebenarnya sudah mampu mengelola sumber-sumber kekayaan alam. Akan tetapi elit-elit politik di negeri ini selalu saja menyampaikan ke publik bahwa sumber daya manusia masih belum mampu mengelolanya. Misalnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri ESDM Sudirman Said.
“Freeeport ini kan lebih mengguntungkan asing daripada Indonesia. Zaman dulu kalau ada investasi maka 60 persen untuk Indonesia, lalu sejak tahun 1967-an kita cuma dapat 1 persen. Kok kebijakannya semakin mundur,” tegas Juru Bicara Jaringan ’98, Ricky Tamba, saat dihubungi, Rabu (16/12).
“Tahun 1967an mulai masuk itu neokolim. Itu masih ditambah pernyataan Pak Jusuf Kalla, Sudirman Said, yang ngomong Indonesia ngga mampu kelola sendiri. Kata siapa?” lanjut dia.
Jaringan ’98 menyayangkan pernyataan JK dan Sudirman Said. Pernyataan yang menurutnya tidak patut keluar dari orang yang sekarang menjabat pejabat penting di negeri ini. Selama pesimisme itu terus dikumandangkan, maka selama itu pula sumber-sumber kekayaan alam kita akan dieksploitasi oleh asing.
Padahal, semangat nasionalisme seharusnya datang dari pemerintah, yakni dengan mengajak rakyat secara bersama-sama mengelola sumber daya alam yang ada demi kemakmuran seluruh Indonesia.
“Memangnya anak-anak bangsa ini tidak mengerti teknologi pertambangan? Memangnya kita tidak bisa membeli alat pertambangan? Memangnya kita tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana penunjang?,” ucapnya.
Dengan pembiayaan sekitar Rp250 triliun, Ricky meyakini pemerintah mempunyai kemampuan jauh lebih besar. Ia menyebut dua sampai tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja sudah bisa mengelola termasuk pembiayaannya.
“Ada Antam, Timah, lalu diajak perbankan nasional, masak ngga mampu?” tandas Ricky.
Artikel ini ditulis oleh: