Jakarta, Aktual.com — Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Anwar Nasution menilai bahwa suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang dilakukan oleh pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2015 ini belum menunjukkan dampak yang signifikan kepada pertumbuhan ekonomi nasional.

“PMN menunjukan bahwa perusahaan plat merah tidak mandiri,” kata Anwar dalam seminar BUMN di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (17/12).

Menurutnya, hal itu sangat bertolak belakang dengan performa perusahaan swasta seperti Grup Sinarmas, Indofood, serta Wilmar yang terbukti terus menunjukkan pertumbuhan performa tanpa terus-menerus menambah modal. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan tersebut justru mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

“Saat ini, efisiensi BUMN sangat rendah. Kalau bisa ditingkatkan maka dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Anwar menambahkan, rendahnya tingkat efisiensi di BUMN salah satunya ditunjukkan oleh kelompok perbankan. Hal itu terlihat dari tingginya selisih antara tingkat suku bunga pinjaman dengan suku bunga deposito di Indonesia, bahkan juga menjadi yang tertinggi di ASEAN.

Selain itu, mantan Deputi Senior Bank Indonesia (BI) itu juga menilai hingga saat ini sumbangsih BUMN dan BUMD terhadap penerimaan negara masih terbilang minim. Sebaliknya, perusahaan negara ‎justru selalu menjadi beban bagi anggaran negara (fiscal cost).

“Artinya, perusahaan milik negara tetap membebani anggaran. Hingga generasi mendatang, APBN masih menanggung bunga SUN yang digunakan untuk merekapitalisasi bank-bank BUMN dan BPD,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka