Jakarta, Aktual.com — Mandiri Sekuritas mengemukakan potensi pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) pada 2016 akan mendorong pasar surat utang atau obligasi dalam negeri marak.

“Obligasi cukup bergantung dari dua faktor yakni BI rate dan inflasi. Kalau BI Rate naik obligasi kurang diminati, begitu juga inflasi,” ujar Head of Debt Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto dalam seminar “Mandiri Macroeconomic Outlook” di Jakarta, Senin (21/12).

Melihat hal itu, ia mengatakan bahwa pemerintah memiliki ruang untuk meningkatkan penerbitan surat utang negara (SUN) untuk menambah sumber pembiayaan, apalagi target pendapatan pajak belum maksimal.

Indonesia masih dibayangi oleh tantangan fiskal berupa “shortfall” (selisih target dengan prediksi realisasi) pajak “Kita percaya ‘demand’ SUN masih tinggi,” katanya.

Ia menambahkan bahwa penerbitan obligasi korporasi juga diyakini semakin marak pada tahun 2016 mendatang. Diperkirakan potensi penerbitan obligasi perusahaan mencapai Rp70 triliun atau meningkat dibandingkan tahun ini yang sekitar Rp62,6 triliun.

Handy Yunianto mengatakan bahwa penurunan BI rate juga akan memicu bunga deposito ikut terpangkas, dengan begitu investasi pada instrumen obligasi akan menjadi lebih menarik bagi investor.

Ia menambahkan bawha potensi terjadinya aliran dana asing keluar dari pasar obligasi juga dinilai kecil, hal itu disebabkan dari dua hal utama yakni suku bunga di negara tujuan investasi seperti AS dan Eropa masih rendah serta nilai tukar rupiah yang stabil.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo memperkirakan likuiditas perbankan pada kuartal pertama 2016 masih akan ketat.

BSebagai salah satu upaya menjaga dana pihak ketiga (DPK), pihaknya berencana mengangkat bunga deposito agar tidak terimbas negatif berupa peralihan dana dari deposito ke pasar SUN.

“Khususnya yang ‘special rate’ (nasabah besar). Kalau ‘rate counter’ (regluer) tidak berubah,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka