Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite ke dalam mobil tanki BBM untuk didistribusikan ke sejumlah SPBU di wilayah Jawa Timur di Terminal BBM Pertamina Surabaya Group, Surabaya, Jatim, Selasa (10/11). PT Pertamina (Persero) menyebutkan realisasi penjualan BBM jenis Pertalite secara nasional sejak akhir Juli hingga Oktober 2015 telah mencapai 178,23 juta liter, dengan pencapaian outlet Pertalite mencapai 1.642 SPBU dari target 1.920 SPBU pada akhir tahun. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Presiden Direktur PT Pertamina Internasional EP, Slamet Riadhy menyatakan siap memenuhi kebutuhan migas Republik Indonesia (RI) dalam negeri yang diprediksi akan semakin melonjak hingga 2025.

Menurutnya, di 2025 nanti produksi migas Pertamina diperkirakan hanya mencapai 600 ribu barel, sementara kebutuhan minyak dalam negeri mencapai 2 juta barel. Hal yang sama juga terjadi untuk kebutuhan gas nasional.

“Pada tahun 2025 produksi kita ada di bawah 600 ribu barel. Sedangkan kebutuhan kita dua juta barel. Kita nantinya akan lebih banyak impor. Hal yang sama juga berlaku untuk gas pada 2019, dimana kita akan impor,” kata Slamet di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (22/12).

Terlebih, defisit yang diderita Indonesia pun semakin membesar akibat tingkat konsumsi dan produksi memiliki selisih yang cukup besar. Pada tahun 2015 tingkat konsumsi mencapai 1,5 juta barel oil per day (bopd), sedangkan produksi 825 ribu bopd belum cost recovery dan profit sharing.

“Defisit kita saat ini semakin membesar. Tahun 2015 tingkat konsumsi 1.500 juta bopd dan produksi 825 bopd belum cost recover dan profit sharing,” ujarnya.

Ia menegaskan, ekspansi hulu migas harus dilakukan untuk mengamankan kebutuhan energi di Indonesia. Pertamina telah berkomitmen kepada Pemerintah di tahun 2025 akan menyumbang produksi 1,9 juta bopd yang terdiri dari 600 ribu dari blok luar negeri dan sisanya dalam negeri.

“Dalam keadaan seperti itu, Pertamina pernah menjanjikan ke pemerintah akan punya produksi dari luar negeri 1,9 juta BOPD,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan