Tembakau Madura Memiliki Kualitas Terbaik di Indonesia (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Peneliti Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) Universitas Muria Kudus (UMK) Zamhuri menilai bahwa Industri hasil tembakau (IHT) seperti kretek dianggap sebagai salah satu komoditas yang siap menghadapi persaingan pasar global.

“Pasalnya, IHT merupakan satu-satunya industri nasional yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dan kretek sebagai produk dari IHT juga memiliki karakter yang lebih unggul dibanding lainnya,” ujarnya di Kudus, Selasa (22/12).

Keunggulan karakter tersebut, kata dia, mampu bersaing dengan sektor real estate dan konstruksi, kesehatan dan farmasi, dan telekomunikasi.

“Semua hal terkait masukan produksi, pengelolaan, hingga proses distribusi kretek, dikerjakan di dalam negeri, oleh pelaku usaha nasional, dengan melibatkan tenaga kerja yang terampil,” ujarnya.

IHT, lanjut Zamhuri, merupakan industri nasional yang kuat di tengah kecenderungan deindustrialisasi.

“Kontribusi IHT juga cukup besar karena pada tahun 2014, nilai penjualan IHT sebesar Rp276 triliun,” ujarnya.

Tren penjualannya, kata dia, cenderung mengalami kenaikan, jika tidak ada pembatasan produksi.

Selama lima tahun terakhir, lanjut dia, IHT memberikan kontribusi pada negara rata-rata sebesar 9,8 persen terhadap pendapatan total perpajakan di Tanah Air.

Hal itu, kata dia, menjadikan IHT sebagai salah satu kontributor utama pendapatan negara dari sektor pajak dan cukai.

Pada tahun 2010, penerimaan cukai nasional dari sektor kretek mencapai Rp66,164 triliun, dan mengalami kenaikan pada 2011 menjadi Rp73,252 triliun, lalu pada 2012 mencapai Rp90,55 triliun, 2013 sebesar Rp103,57 triliun, tahun 2014 penerimaan negara dari sektor IHT mencapai Rp102,75 triliun, dan tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp139 triliun.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, kata dia, sekitar 5,98 juta tenaga kerja, meliputi 4,28 juta tenaga kerja di sektor produksi dan distribusi, 1,7 juta tenaga kerja di sektor hulu (pertanian tembakau dan cengkih).

Selain potensi ekonomi yang besar, IHT memiliki karakteristik budaya kretek sebagai modal sosial.

“Perpaduan antara kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional dan budaya kretek bertahan sampai sekarang,” ujarnya.

Budaya kretek yang mengakar, dinilai salah satu faktor yang mendukung kestabilan permintaan produksi IHT di dalam negeri.

“Tentunya hal itu, menjadi peluang bagi eksistensi industri kretek nasional, sekaligus ancaman bagi pelaku usaha kretek nasional karena pelaku usaha asing akan mengincar potensi besar ini,” ujarnya.

Apabila tidak dikelola secara bijak oleh pemangku kepentingan, kata dia, tidak menutup kemungkinan nasib IHT seperti komoditas lain yang dikuasai asing di era pasar terbuka, termasuk integrasi pasar tunggal ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Artikel ini ditulis oleh:

Eka