Menko Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) berbincang dengan Menkeu Bambang Brodjonegoro (kanan) dan Gubernur Bank Indonesia Agus Marto Wardojo memberikan keterangan kepada wartawan usai rapat koordinasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam Forum Round Table Policy Dialogue di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/8). Pemerintah dan BI sepakat terus memperkuat koordinasi kebijakan moneter, fiskal dan reformasi struktural untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz/15

Jakarta, Aktual.com — Performa Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil menjadi sorotan dalam wacana perombakan kabinet kerja jilid II.

“Selama menjadi Kepala Bappenas, tak terdengar sama sekali apa saja yang dilakukan, sudah dilakukan dan akan dilakukan Sofyan Djalil,” ucap Direktur Afklarung Institute, Dahroni Agung Prasetyo, kepada wartawan, Rabu (23/12).

Dalam beberapa kesempatan, dirinya kerap mendapatkan informasi dari lingkungan birokrasi birokrasi Bappenas yang menyat bahwa situasi dikantornya belakangan kurang kondusif. Pasalnya Sofyan jarang melakukan koordinasi dan memberikan arahan pada pejabat dibawahnya.

Selain alasan itu, Sofyan Djalil juga dikabarkan dekat dengan tersangka kasus Pelindo II, RJ Lino. Salah satu penegasan itu diperlihatkan langsung oleh Lino yang jug Direktur Utama Pelindo II. Dimana saat kantornya digeledah penyidik Badan Reserse dan Kriminal beberap waktu lalu, Lino langsung menghubungi Sofyan Djalil.

Atas dasar itu pula Afklarung Institute menilai Presiden Jokowi pantas merombak Sofyan Djalil pada reshuffle kabinet Jilid II.

Rencana reshuffle kabinet sendiri belakangan menyeruak ke publik setelah Presiden memanggil beberapa orang yang disebut-sebut akan masuk dalam kabinet. Setelah sebelumnya komunikasi dilakukan dengan PAN, kemarin Presiden memanggil petinggi-petinggi PKS ke Istana Presiden.

Nama terakhir yang dipanggil adalah Hamdan Zoelva yang disebut-sebut akan diplot di Kejaksaan Agung menggantikan M Prasetyo.

Artikel ini ditulis oleh: