Jakarta, Aktual.com — Siapa yang tak mengenal Albert Einstein seorang Ilmuwan asal Yahudi yang menghabiskan lebih dari separuh hidupnya untuk mengupas habis ilmu pengetahuan. Dengan berbagai teori yang telah diciptakan mampu memecahkan banyak teka-teki dan persoalan selama kehidupan.
Sebagai bangsa Yahudi yang selalu ‘menentang’ Islam, Albert Einstein tak sengaja menciptakan sebuah teori yang membenarkan adanya peristiwa Isra Miraj oleh Nabi Muhammad SAW.
Perlu diketahui, Isra Miraj merupakan dua bagian perjalanan yang dilakukan Rasulullah SAW dalam waktu satu malam. Dalam peristiwa tersebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama Malaikat Jibril pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina.
Perjalanan sejauh ini ditempuh oleh Baginda Nabi dengan mengendarai Buraq, sejenis hewan yang berwarna putih, panjang, ukurannya lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada baghl (peranakan kuda dengan keledai). Dengan kekuasaan Allah ta’ala, hewan ini mampu melangkahkan kakinya sejauh mata memandang.
Adapun Miraj merupakan peristiwa naiknya Rasulullah SAW dari Bumi menuju Sidratul Muntaha, untuk kemudian berjumpa dengan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Tinggi dan menerima kewajiban salat lima waktu sehari semalam.
Terkait dengan peristiwa Isra Miraj banyak ilmuwan yang menelaah kemungkinan terjadinya peristwa yang dialami oleh Rasulullah SAW. Diantaranya, Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907).
Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), Beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum.
Pertama, Einstein menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang mutlak dalam kehidupan ini. Segala sesuatu relatif dalam gerak dan kedudukannya. Seperti sebuah bola yang bulat, suatu saat akan dapat berubah pipih. Sebuah benda yang berbobot ringan di satu saat, dapat menjadi berat atau tidak berbobot sama sekali di saat-saat lainnya.
Jarum jam yang bergerak cepat mengukur waktu, ada kalanya menjadi lambat bahkan pada satu titik masa, berhenti sama sekali. Juga jantung yang berdenyut menandai usia, dapat mengalami kelambatan hingga usia pun berjalan lebih lambat dari yang semestinya.
Penjelasan Teori Relativitas tersebut, bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya, akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c), semakin besar pula efek yang dialaminya (t`): perlambatan waktu. Hingga ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu pun sampai pada satu keadaan nol.
Demikian, namun jika kecepatan benda dapat melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah. Efek yang dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya.
Kaitan dengan peristiwa Isra Miraj dengan Teori Einstein, ketika sebuah benda bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, seperti halnya partikel Muon, benda itu akan mengalami efek perlambatan waktu. Seseorang yang meluncur ke angkasa dengan pesawat yang berkecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka ia akan mengalami pertambahan usia yang lebih lambat dari yang semestinya di Bumi.
Ketika kembali ke Bumi ia akan mendapati Bumi telah begitu tuanya sedang dirinya hanya bertambah beberapa waktu saja. Ia telah terlempar ke masa depan. Namun, jika kecepatannya ditambahkan hingga melampaui batas kecepatan cahaya, yang akan dialaminya bukanlah perlambatan waktu, namun sebaliknya. Ketika kembali ke Bumi, bukan masa depan yang didapatinya. Namun, ia kembali ke masa lalu. Ia telah menjadi penziarah masa lalu.
Dan, inilah yang telah direfleksikan Buraq, hewan sejenis kuda bersayap sebagai kendaraan Nabi saat melakukan perjalanan Isra`. Ketika memulai perjalanan yaitu dari Masjid Al Haram (Mekah), dengan daya kecepatan Buraq (v>c), Nabi tidaklah mengarah ke masa depan.
Namun kembali ke masa lalu. Dan, melewati masa lalu itulah Nabi Muhammad SAW memberangkatkan perjalanannya. Hingga, seiring guliran-guliran waktu perjalanan itu, perjalanan pun melaju ke titik waktu saat mana beliau baru memulai. Hingga, kesan yang ada pun seolah-olah Nabi melakukan perjalanan Isra Miraj hanyalah sesaat.
Padahal, hakikatnya, Beliau pun menjalani Isra Miraj, berdasarkan `perhitungan` waktu pribadinya, lazimnya perjalanan-perjalanan sejenis lainnya dengan menghabiskan waktu berjam-jam atau berhari-hari atau bahkan lebih.
Sedangkan, dalam Teori yang dijelaskan Hawking, bermula dalam ‘A Brief History of Time-nya’, Fisikawan Stephen Hawking yang dengan merendah mengatakan seluruh model Jagat Raya kontemporer yang dibangun oleh para Fisikawan atau Astrofisikawan masa kini (termasuk dirinya, Roger Penrose, Bekenstein, Carl Sagan dan lain-lain) mengatakan asumsinya, bahwa, “Relativitas Umum dan Mekanika Kuantum itu benar. Dari statemen ini memang terbuka peluang bahwa mungkin saja baik Relativitas Umum ataupun Mekanika Kuantum itu ‘tidak benar’,” ujar Hawking
Itu artinya, pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan. Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui Terorinya Wormhole ‘lubang cacing’ kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat Bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa depan dan Kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.Jadi dalam pandangan Hawking takdir itu tidak bisa diubah, sudah jadi sejak diciptakannya.
Teori Hawking dengan ‘Lubang Cacing’-nya, sama logisnya dengan “Teori Menerobos Garis Tengah Alam Semesta”. Namun demikian, teori Hawking, tidak semuanya bisa kita terima dengan mentah-mentah. Seandainya benar, Rasulullah diperjalankan Allah melalui ‘lubang cacing’ semesta, seperti yang diutarakan oleh Dr. H.M. Nasim Fauzi, harus diingat bahwa perjalanan tersebut adalah perjalanan lintas alam, yakni menuju ke tempat yang kelak dipersiapkan bagi umat manusia, di masa mendatang (Yaitu Surga). Wallahu Alam bi Showab.
Artikel ini ditulis oleh: