Jakarta, Aktual.co — Kinerja Badan Musyawarah (Bamus) Betawi dipertanyakan pasalnya berdirinya organisasi yang mewadahi 98 organisasi masyarakat (ormas) Betawi dianggap tidak membawa pengaruh besar kepada warga Betawi.
Direktur Eksekutif Centre for Local Government Reform (CELGOR) Budi Mulyawan mengatakan Bamus Betawi hanya membangun perdayaan secara lembaga tetapi tidak berhasil membangun pemikiran secara menyeluruh kepada warga Betawi.
Dicontohkan Budi Mulyawan seperti kompetisi jabatan kursi Gubernur DKI Jakarta. Seharusnya dengan adanya Bamus Betawi bahwa organisi itu mampu membangun paradigma masyarakat Betawi untuk mendukung putra daerahnya menjadi orang nomor satu di Jakarta.
“Tapi kan kemarin apa, orang Betawi sendiri banyak yang tidak mendukun Foke-Nara atau lebih memilih pasangan Jokowi-Ahok. Nah Bisa diasumsikan Bamus gagal membangun itu,” kata Budi di Jakarta, Rabu (10/6)
Dikatakan pria yang akrab disapa Cepi ini, kalau dilihat dari proses terbentuknya Bamus memang bukan berdasarkan kebutuhan warga Betawi namun hanya proses kanalisasi yang dibiayai pemerintah untuk mendorong kepentingan Incumbent pejabatnya.
“Kita harus lihat, proses terbentuknya Bamus, berdasrkan masyarakat Betawi atau kebutuhan Incumbent. ketika dia dibiayai pemerintah ini kanalisasi. Makanya ketua Bamus itu selalu Ex-official pejabatnya,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid