Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid alias Gus Sholah menjawab pertanyaan media usai melakukan pertemuan tertutup di Jombang, Jawa Timur, Jumat (31/7). Gus Sholah menyatakan siap maju dalam bursa pencalonan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam Muktamar ke-33 NU, asal tidak memakai sistem Ahwa (ahlul halli wal aqdi) atau sistem penunjukan yang ditolak sebagian besar PCNU se-Indonesia karena sistem tersebut belum disepakati. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/ss/pd/15

Jakarta, Aktual.com — Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sholahudin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah memaparkan tentang sejumlah fasilitas wisata religi di makam, sehingga peziarah dipastikan lebih nyaman saat berkunjung.

Salah satu yang dipaparkan Gus Sholah yakni tentang pembangunan Museum Islam Nusantara Hasyim Asyari di hadapan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir di Jombang, Sabtu (26/12) malam dengan menyebut museum tersebut sangat penting, sebab di dalamnya akan diisi tentang berbagai pengetahuan Islam.

“Kami berharap tahun depan museum selesai dibangun dan bisa diresmikan. Manfaat museum tersebut sangat penting,” ujarnya dalam kegiatan haul ke-6 almarhum Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di PP Tebuireng, Jombang.

Gus Sholah sebelumnya juga telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo, yang salah satunya membahas terkait dengan pembangunan fasilitas di pondok. Presiden juga berkomitmen untuk membantu penyelesaian pembangunan museum di PP Tebuireng, Jombang tersebut.

Pembangunan museum di dalam lingkungan pondok sudah hampir tuntas, namun, untuk isi dari museum nantinya akan dipenuhi secara perlahan. Untuk saat ini, diprioritaskan selesai pembangunan museum tersebut.

Makam Gus Dur yang ada di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, masih menjadi unggulan wisata ziarah di daerah itu. Di makam itu, selain dimakamkan Gus Dur, juga pendiri Nahdlatul Ulama Hasyim Al Asy’ari, Abdul Wahid Hasyim yang merupakan menteri agama pertama, dan sejumlah makam lain.

Dalam setahun, jumlah peziarah yang berkunjung ke lokasi makam mencapai 1,5 juta orang. Rata-rata, dalam sehari bisa sekitar 1.000 pengunjung, bahkan sampai 5.000 pengunjung saat libur panjang.

Selain membuat musuem, saat ini tanah di sekitar pondok seluas 5 hektare juga difungsikan sebagai tempat parkir. Kebijakan ini diambil, sebagai upaya agar lalu lintas di sekitar pondok bisa lancar dan tidak terganggu dengan banyaknya kendaraan peziarah yang berlalu lalang.

Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jombang WE Tjitrawatie mengatakan potensi wisata di makam Gus Dur memang menjadi magnet tersendiri.

“Untuk itu, kami kembangkan beberapa program dan pengaturan untuk sektor ekonomi,” katanya.

Dia mengatakan, pemerintah daerah membangun lokasi parkir di dekat makam tersebut. Lokasi itu digunakan sebagai tempat parkir seluruh kendaraan peziarah. Dalam sehari, ribuan warga datang ziarah ke makam di PP Tebuireng, Jombang, dan mayoritas menggunakan kendaraan besar.

Dengan itu, potensi pemasukan daerah akan cukup besar, sehingga pemda membuat tempat parkir. Selain untuk pemasukan daerah, tempat parkir itu juga untuk menata parkir kendaraan, agar tidak mengganggu arus lalu lintas di jalan utama Jombang-Kediri tersebut.

Untuk parkirnya, setiap kendaraan dikenai Rp10 ribu. Uang itu dikelola dan masuk sebagai pendapatan daerah. Uang parkir itu dinilai standar dan kendaraan pun bisa mendapatkan tempat untuk parkir.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu