Bandung, Aktual.com — Hanya keheningan menemani langkah kaki, menapaki jalan setapak yang lebarnya satu rentangan tangan orang dewasa, dengan di kanan kiri dedaunan pepohonan lebat yang basah setelah semalam diguyur air dari kabut terterpa angin pegunungan.

Memang menyegarkan sepanjang perjalanan itu sekaligus memberikan nafas baru setelah sekian lama mencicipi deru bising dan polusi asap di ibukota. Hingga tidak salah mengutip kalimat “Otak di Alam Terbuka, saat berdekatan dengan alam -entah alam liar atau pohon di halaman belakang- kita tengah berbuat baik pada otak kita yang lelah”.

Setelah menelusuri jalan setapak yang terkadang mendaki dan menurun itu, dari kejauhan terdengar gemuruh air yang jatuh dari atas, hingga langkah kaki dipercepat untuk segera menikmati bentangan alam nan eksotik khas Tatar Priangan.

Lokasi itu Curug (bahasa Indonesia: air terjun) Cibeureum yang berada di kaki Gunung Gede tepatnya di kawasan Pondok Halimun, Selabintana, Sukabumi, Jawa Barat. Lokasinya bisa menjadi destinasi alternatif pada musim liburan.

Cibeureum dalam bahasa Sunda diartikan, Ci:air dan Bereum: merah. Namun bukan berarti airnya berwarna merah.

Di depan mata sudah terpampang air terjun setinggi sekitar 60 meter mencurahkan air yang besar ke bawah hingga memancing pengunjung untuk segera merasakan kesejukan airnya dari aliran sungai kecil yang ada.

Benar-benar memberikan suasana yang berbeda sembari menikmati susu jahe hangat di tepian kolam buatan alam itu. Rasa lelah menapaki jalan setapak itu langsung terbayar lunas.

Jalan setapak yang harus dilalui memang tidaklah mudah, untuk berjalan santai memakan waktu sekitar dua jam karena menapaki jalan setapak sekitar tiga kilometer selepas dari tempat parkir di Pondok Halimun.

“Luar biasa, terbayar sudah perjuangan untuk mencapai lokasi bersama anak saya,” kata seorang pengunjung asal Bekasi, Hani Handayani.

Dalam perjalanan menuju air terjun itu, pengunjung akan menemui jalan percabangan yang satu menuju ke Puncak Gunung Gede-Pangrango dan satu lagi menuju Curug Cibeureum.

Namun pengunjung jangan khawatir akan papan petunjuk arah jalan sudah jelas hingga dipastikan tidak akan tersesat. Bagi mereka yang suka berkemah di lokasi air terjun itu juga bisa mendirikan tenda.

Langkah kaki untuk memulai petualangan dimulai dari bumi perkemahan Pondok Halimun, yang selanjutnya menyusuri jalan setapak tersebut hingga mencapai air terjun.

“Sekitar satu kilometer menjelang air terjun, langkah kaki saya dipercepat karena penasaran dengan Curug Cibereum,” kata Opik, pengunjung asal Sukabumi.

Untuk mencapai kawasan wisata itu, memang terhitung mudah karena jika menggunakan kendaraan umum dari Kota Sukabumi sudah tersedia angkutan kota yang bisa dicarter sampai ke lokasi Pondok Halimun yang berada di ketinggian 1.000 Meter di atas Permukaan Laut (Mdpl). Jaraknya sekitar 12 kilometer dari Kota Sukabumi.

Seperti khas daerah pegunungan, sepanjang jalan aspal menuju kawasan wisata alam itu, jalan menanjak sangat terasa dengan di kiri kanan jurang dalam. Namun di bawahnya terpampang sajian kehijauan dengan deretan pohon pinus bercampur kehijauan perkebunan milik rakyat.

Udara dingin pun dan kabut telah menyambut saat memasuki kawasan perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Goalpara Afdeling Perbawati. Untuk rehat sejenak bisa menepi dahulu menikmati kehijauan areal kebun teh yang bagaikan permadani berwarna hijau.

Jika ingin berkemah sebelum menuju lokasi Curug Cibereum, di Pondok Halimun sudah tersedia dua bumi perkemahan, yakni, Pondok Halimun dan Elang Jawa. Pengunjung pun dapat memilih lokasi yang dekat dengan aliran sungai.

Tinggal menceburkan ke sungai akan terasa kesegaran yang tiada taranya dan bebas polusi.

Namun sayangnya, keeksotikan alam yang ditawarkan itu, dikotori dengan banyaknya sampah dari pengunjung, bungkus plastik makanan ringat sampai botol plastik sangat mudah ditemui.

“Memang disayangkan kurangnya kepedulian pengunjung terhadap lingkungan,” kata Kang Budi, aktivis lingkungan Kota Sukabumi.

Kekurangan lainnya, adanya tiga kali pungutan sejak memasuki gerbang areal perkebunan, kawasan parkir dan bumi perkemahan.

“Idealnya cukup satu pungutan tiket masuk saja, tidak usah berlapis-lapis seperti itu, karena memberatkan bagi pengunjung,” katanya.

Penasaran dengan Curug Cibeureum, silakan mengunjunginya pada liburan akhir tahun.

Artikel ini ditulis oleh: