Jakarta, Aktual.com — Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Rabu (30/12) pagi WIB, tertekan oleh penguatan dolar AS.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun 0,3 dolar AS atau 0,03 persen, menjadi menetap di 1.068,00 dolar AS per ounce.
Indeks dolar AS turun 0,18 persen menjadi 98,12 pada pukul 19.00 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Logam mulia diletakkan di bawah tekanan karena laporan yang lebih baik dari perkiraan dirilis oleh Conference Board yang berbasis di New York, yang mengukur kepercayaan konsumen, menemukan bahwa indeks penting itu naik menjadi 96,5 selama Desember, dibandingkan 92,6 pada November.
Harga logam mulia berada di bawah tekanan lebih lanjut ketika indeks FTSE 100 Inggris meningkat dan indeks DAX 30 di Bursa Efek Frankfurt berbalik naik tajam, sementara saham-saham AS juga diperdagangkan lebih tinggi sekitar tengah hari Selasa.
Tren jangka panjang untuk emas tetap sangat “bearish” menurut para analis karena The Fed menaikkan suku bunganya pada Desember, yang terjadi meski semula diharapkan untuk penundaan kenaikan suku bunga sampai 2016.
Kenaikan suku bunga The Fed mendorong para investor menjauh dari emas dan beralih ke aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengeenakan suku bunga.
Perak untuk pengiriman Maret naik 4,4 sen, atau 0,32 persen, menjadi ditutup pada 13,928 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari bertambah 10,4 dolar AS, atau 1,18 persen, menjadi ditutup pada 891,20 dolar AS per ounce.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan