Jakarta, Aktual.com — Palestina merupakan sebuah negara di Timur Tengah antara Laut Tengah dan Sungai Yordan, yang status politiknya masih dalam perdebatan.
Hingga saat ini wilayah Palestina masih mengalami peperangan sengit dengan Zionis Israel. dari kejadian yang berlangsung selama berabad-abad tersebut, terciptalah sejarah yang tak sulit untuk dilupakan oleh warga Palestina. Salah satunya peritiwa Nakbah.
Nakbah adalah peristiwa yang sangat menyakitkan rakyat Palestina. Betapa tidak, pada tahun 1948 saat peristiwa itu terjadi, 78 persen tanah Palestina dirampas oleh Yahudi dan hanya tersisa 22 persen untuk bangsa Arab Palestina. Kemudian terbagilah tanah Palestina yang tersisa tersebut menjadi tiga wilayah, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Al Quds bagian timur.
Berdasarkan banyaknya peristiwa air mata di Palestina, pada tahun 1997, para anggota Dewan Pengawas Asosiasi Kesejahteraan menyadari kebutuhan pendirian Museum Sejarah modern di Palestina yang didedikasikan untuk melestarikan dan memperingati sejarah Palestina, terutama peristiwa Nakba yang terjadi pada 1948 silam.
Hingga akhirnya sebuah Museum akan didirikan di Ramalah. Museum ini awalnya bernama ‘The Palestina Museum’. Museum ini terletak di sebuah bukit di dekat Universitas Birzeit. Dirancang oleh firma arsitektur Irlandia, di mana Museum modern tersebut dengan dibedakan, fasad beradab.
Gaya arsitektur berasal dari teras pertanian Palestina bersejarah yang dibagi tanah dengan dinding batu untuk mencegah erosi dan menghemat air hujan. Beberapa taman, kebun dan flora asli Palestina mengelilingi Museum.
Museum ini menjadi anggota International Council Of Mueum (ICOM). Museum ini danai oleh Asosiasi Kesejahteraan Dunia. Asosiasi Kesejahteraan adalah sebuah LSM yang didirikan pada tahun 1983 oleh sekelompok tokoh bisnis dan intelektual Palestina untuk memberikan bantuan pembangunan dan kemanusiaan.
Mereka bertujuan untuk membantu warga Palestina di Jerusalem termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Wilayah 1948, serta masyarakat Palestina di Lebanon. Pada 11 April 2013 lalu, ketika Asosiasi Kesejahteraan merayakan ulang tahun ke-30 melakukan upacara peletakan batu pertama Museum ini di Kotapraja Birzeit di Ramallah. Peristiwa penting ini diliput secara luas di media Palestina, Arab dan internasional
Nama Museum kemudian berubah dari “The Palestinian Museum of Memory” menjadi “The Palestinian Museum” yang mencerminkan pergeseran tujuan utama dari mengenang sejarah dengan menghadirkan diri sebagai institusi budaya yang bertindak sebagai agen pemberdayaan dan integrasi untuk warga Palestina di seluruh dunia.
Misi Museum ini sekarang menjadi “Didedikasikan untuk eksplorasi dan pemahaman tentang budaya, sejarah dan sosial Palestina dan rakyatnya. Sebagai ruang untuk mengumpulkan gabungan yang inovatif dari pameran, penelitian, dan program pendidikan.” Museum ini merupakan tempat untuk inspirasi, dialog, dan refleksi.
Melalui platform digital dan mitra internasional memungkinkan Museum ini berhubungan dengan warga Palestina di mana pun mereka berada di dunia ini dan semua pihak yang konsen terhadap Palestina merdeka. Sedangkan, tujuan Museum ini adalah menghubungkan 10 juta warga Palestina yang tersebar di seluruh dunia.
Wakil Menteri Kebudayaan Abdel Nasser Saleh yang juga keanggotaan ICOM Museum Palestina mengatakan bahwa Museum ini akan mencatat sejarah perlawanan Palestina terhadap Zionis Israel.
“Prestasi besar bagi Palestina dalam perangi blokade yang diberlakukan oleh Israel dan mengaburkan sejarah, budaya dan warisan peradaban yang terjadi ratusan tahun. Museum ini sangat ditakuti oleh zionis,” ujar Nasser
Nasser kembali mengatakan bahwa keanggotaan ini merupakan bagian dari pengakuan internasional terhadap keberadaan negara Palestina. Dan bahwa itu akan memiliki dampak yang signifikan terhadap penyajian budaya, sejarah intelektual dan peradaban Palestina kepada dunia.
“Kementerian Kebudayaan, kata Saleh, akan mendukung Museum untuk memastikan pengembangan kerja dan pencapaian tujuan yang diinginkan,” tegasnya kembali
Mengingat upaya Zionis Israel untuk membasmi identitas budaya dan sejarah Palestina, Palestina berharap bahwa Museum akan memberikan kontribusi untuk melestarikan dan menyoroti identitas tersebut. (Sumber: Al Monitor, New York Times).
Artikel ini ditulis oleh: