Denpasar, Aktual.com – Majalah Travel+Leisure yang berpusat di New York, Amerika Serikat, menempatkan Bali sebagai pulau terbaik kedua dunia, dengan skor 88,98, satu peringkat di bawah Pulau Galapagos, Equador yang mendapat skor 90,82. Menanggapi hal itu, Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya meminta kepada pelaku pariwisata Bali untuk tak berbesar kepala terlebih dahulu.
Soal peringkat, kata dia, sejak tahun 2014 Bali memang selalu mendapat peringkat. “Kalau untuk di Asia, Bali selalu nomor satu. Sementara untuk dunia, Bali menjadi nomor dua,” kata Wijaya, Senin (4/1).
Namun, ia melanjutkan, ada banyak yang harus dibenahi secara cepat. Sebab bila tidak, Bali akan menjadi rusak. “Dan, jangan pernah berharap Bali bisa mendapatkan seluruh peringkat itu. Dalam beberapa tahun ke depan, Bali tidak akan mendapatkan peringkat yang sama kalau sudah hancur,” tegasnya.
Apalagi, kata dia, dari hasil skor perbedaan nilai antara Bali di posisi kedua dengan peringkat ketiga sangat sedikit. “Artinya, bukan tidak mungkin Bali akan disalip oleh destinasi lain di dunia karena persaingan yang ketat dan luar biasa,” ucap Wijaya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang harus dibenahi di Bali. Di antaranya adalah implementasi UU Pariwisata yang sampai saat ini belum dilakukan. “Pusat sudah ke luarkan PP. Sementara Bali sendiri belum mempunyai Perda (Peraturan Daerah) atau Pergub (Peraturan Gubernur) dalam menerapkan UU Pariwisata tersebut. Sementara kebutuhan lapangan saat ini sudah sangat mendesak,” ujarnya.
Hal lain yang mesti mendapat perhatian adalah hotel-hotel yang sudah kelebihan kamar, tetapi izin akomodasi pariwisata terus dikeluarkan pemerintah. Cepat atau lambat, kata Wijaya, akan terjadi perang tarif kamar hotel di Bali. Imbasnya, Bali akan dijual secara murah meriah. “Coba dibayangkan destinasi terbaik dunia, tetapi harganya sangat murah,” katanya.
Hal lain yang juga mesti diperhatikan adalah soal tata ruang Bali yang hingga kini masih terjadi banyak pelanggaran. “Bali itu sangat tidak ketat penerapan tata ruang. Ruang terbuka hijau dilanggar, sempadan pantai, sungai, gunung, masih dilanggar,” papar dia.
Yang paling krusial adalah masalah sampah, macet dan air bersih. Sampah di Bali, menurut Wijaya, masih menjadi momok yang menakutkan. Manajemen sampah belum diterapkan secara baik dan benar. Ia mencontohkan TPA Suwung yang masih saja tercium aroma tak sedap. “Padahal lokasi itu berdekatan dengan Pelabuhan Benoa, lokasi pariwisata dan juga pemukiman warga,” terang Wijaya.
Kemacetan juga menjadi tantangan bagi Bali. Bali yang sangat kecil ini dijejali dengan jutaan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Setiap jalur baru dibuka selalu dipenuhi kendaraan. Krisis air bersih juga menjadi tantangan tersendiri. Bila tidak dibenahi mulai sekarang, Wijaya khawatir Bali tidak banyak berharap untuk mendapatkan peringkat terbaik dunia. “Itulah sebabnya BPPD Bali menyusun degradasi pariwisata Bali. Hasilnya akan diberikan kepada seluruh pihak terkait untuk melindungi Bali dari degradasi pariwisata tersebut,” tutup Wijaya.
Artikel ini ditulis oleh: