Sejumlah sapi dibongkar muat di Terminal Operasi 2, Pelindo II, Jakarta, Kamis (15/10). Pemerintah menetapkan izin impor sapi Australia sebanyak 200 ribu ekor untuk periode Oktober hingga Desember 2015. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/ama/15.

Jakarta, Aktual.com — Pengamat Peternakan sekaligus akademisi Universitas Padjajaran, Rochadi Towaf meragukan perhitungan pemerintah dalam mengefisienkan harga sapi dari Rp1,8 juta menjadi Rp320 ribu melalui Kapal khusus ternak.

Menurutnya, pengaruh kapal pengangkut ternak tersebut tidak signifikan menurunkan harga. Dirinya pun mengaku telah memperhitungkan biaya produksi sapi oleh petani.

“Kapal pengangkut ternak pengaruhnya tidak signifikan,” katanya dalam Bincang Agribisnis di Bumbu Desa, Jakarta pusat, Selasa (5/1).

Lebih lanjut dikatakan, modal petani di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan membeli bakalan 150kg mengeluarkan dana Rp5,2 juta, dalam kurun waktu dua tahun sapi akan bertambah berat menjadi 300Kg. Kalau dijual dengan harga Rp33 ribu per kilo di NTT, maka petani akan mengalami kerugian.

Selain itu, dalam penyediaan kapal, dirinya minta pemerintah memastikan terlebih dahulu populasi sapi lokal yang ada di NTT. Pasalnya jumlah populasi sapi di NTT sangat terbatas.

“Jumlah sapi lokal makin menurun, terlebih lemahnya sistem kontrol pemerintah terhadap pemotongan hewan ternak sehingga banya sapi betina yang ikut dipotong,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka