Seorang karyawan mengamati pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11). IHSG pada Senin sore ditutup menguat tipis sebesar 9,40 poin atau 0,2 persen ke 4.464,58 dengan 100 saham menguat, 175 melemah, dan 76 stagnan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye/15.

Jakarta, Aktual.com — Pasar Modal Indonesia saat ini dalam sentimen positif sejak pembukaan bursa dua hari lalu dengan ditandai mulai bergeraknya sejumlah saham utama. Kondisi ini berbanding terbalik dengan keadaan yang terjadi di Bursa Tiongkok yang justru mengalami guncangan hebat sejak awal tahun.

“Pada awal tahun ini, saya melihat justru di dalam negeri terjadi sentimen positif. Sejumlah saham ‘market leader’ seperti saham BRI yang saat ini sudah bergerak naik sesuai dengan trennya,” kata Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Early Saputra di Palembang, Rabu (6/1).

Sentimen positif ini ditandai dengan nilai investor asing yang mengalami posisi nett buy pada dua hari pembukaan bursa dengan mencapai total Rp157 miliar.

Hanya saja, untuk IHSG, Early mengatakan belum pulih pada awal tahun ini karena masih dipengaruhi lemahnya perekonomian secara global.

Akan tetapi, untuk IHSG ini, ia memperkirakan akan segera naik mengikuti tren positif dalam negeri.

“Bahkan, sejumlah sekuritas sudah berani membuat proyeksi IHSG akan menebus angka 5.600 atau naik dari sebelumnya 4.700,” ucap dia.

Menurutnya, respon positif pasar modal dalam negeri ini, tak lain berkat sejumlah kebijakan ekonomi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang telah mengeluarkan delapan paket kebijakan pada 2015.

Kebijakan itu diperkirakan akan memberikan efek besar pada 2016, apalagi Jokowi berjanji akan mengevaluasi pasar setiap dua pekan untuk memberikan intervensi dalam hal paket kebijakan.

Selain itu, pada tahun ini juga diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi pemerintah seiring dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di beberapa daerah.

“Tahun 2015 itu secara nasional kurang bagus karena serapan APBN terbilang kecil, karena baru berjalan di pertengahan tahun mengingat terjadi penggantian pemerintahan. Tahun ini diperkirakan justru sebaliknya,” tuturnya.

Dengan tren yang saat ini berlangsung, ia menilai, menjadi momen yang tepat bagi kalangan pemula untuk berinvestasi di pasar modal karena sejumlah saham sudah sesuai dengan trennya, atau telah melewati masa “sideway”.

“Seperti saham BRI, pada tahun lalu mulai terlihat trennya pada Februari dan baru mulai turun lagi di April 2014. Sementara, ini di awal tahun justru sudah masuk dalam trennya,” ujarnya.

Selain itu, pada tahun ini, HM Sampoerna sudah resmi masuk dalam perdagangan saham sehingga diperkirakan akan turut menggairahkan pasar modal Tanah Air.

Pasar modal dunia mengalami guncangan hebat sejak hari pertama perdagangan tahun baru.

Pada hari keempat, pasar modal Tiongkok anjlok 7 persen sehingga pemerintah mengintervensi dengan mengaktifkan mekanisme “circuit breaker” (menonaktifkan bursa).

Kejatuhan juga terjadi di pasar modal AS yang jatuh hingga 450 poin atau penurunan terparah pada hari pertama perdagangan tahun baru sejak tahun 1942.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka