Jakarta, Aktual.co —  Usai dituding sebagai biang keladi kekacauan industri mineral bauksit oleh Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Faisal Basri, Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Hatta Rajasa menegaskan bahwa hal tersebut merupakan fitnah.

Dalam akun media sosialnya, Hatta menegaskan, dirinya selaku Menko memang melaksanakan kebijakan yang melarang ekspor mineral bauksit. Ini dilakukan agar proses dan pemurnian terjadi di dalam negeri, dan merupakan mandat dalam UU No 4 Tahun 2009 yang harus dijalankan selambat-lambatnya 12 Januari 2014.

Menanggapi pernyataan itu, Faisal Basri justru semakin membeberkan kejanggalan-kejanggalan dalam permasalahan tersebut.

“Ya jelas, baca UU-nya seribu kali tidak ada larangan ekspor. Terus lihat perubahan-perubahan dari waktu ke waktu dalam waktu sekejap berubah-ubah. Kan tahun 2012 juga pernah dilarang. Dilarang ekspor dalam waktu tiga bulan ke depan,” ujar Faisal di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (26/5).

Setelah itu, lanjut dia, produksi bauksit menurun, yang kemudian diikuti dengan larangan ekspor dibuka lagi.

“Lalu menunjukan adanya negosiasi. Keterlibatan Rusal itu, diakomodasi padahal Rusal itu sudah unprestasi. Pada 2007 sudah MoU dengan aneka tambang tapi gak ada bekasnya,” ungkap dia.

Menurutnya, dulu dirinya pernah mengatakan di MK (Mahkamah konstitusi) bahwa Rusal ini tidak akan membangun smelter. Terbukti hingga sekarang belum juga ada progres pembangunan smelter.

“Sekarang boro-boro peletakan batu pertama, baunya aja udah gak ada. Saya sih mulainya dari hasil, hasilnya gak ada Rusal bikin smelter. Hasilnya rusal untung besar. Ya kan? Saya katakan tidak ada perusahaan smelter kalau dia gak punya konsensi bauksitnya. Misalkan pabrik mana mau bikin smelter kalo gak punya bauksit. Gak ada, tidak lazim. Kalo ingin diapakan pun saya siap, saya harus mempertanggung jawabkan apa yang saya katakan ini,” tandas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka