Jakarta, Aktual.com — Pengamat politik UIN Jakarta Pangi Syarwi Chaniago mengomentari pidato Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mengkritik pemerintahan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP kemarin, (11/1).
Menurut Pangi, Megawati mengupas habis kebijakan politik Indonesia yang maju mundur dan menilai kebijakan pemerintah maju satu langkah, tapi mundur 10 langkah.
Pemimpin Partai banteng dengan moncong putih itu mencontohkan negara Cina maju dan pesat karena mengikuti polarisasi konsep Presiden pertama Soekarno. Megawati heran mengapa Indonesia meninggalkannya dan tidak mau mengadopsi.
“Artinya Indonesia harus punya road map jangka panjang. Sekarang Indonesia ngga jelas. Mestinya memang Indonesia punya konsep jangka panjang, tidak hanya konsep lima tahunan,” ujar Pangi di Jakarta, Senin (11/1).
Selain itu, lanjut Pangi, Megawati mengulang kilas balik nostalgia sang ayah dengan seorang petani yang bernama Marhein, kemudian menjadi ideologi Marhaenisme.
“Mengisahkan begitu dekatnya rakyat dengan pemimpin hampir tidak berjarak namun menyatu,” katanya.
Meski dalam pidato mengkritik hasil pilkada langsung, Megawati memakai sikap standar ganda. Di satu sisi partai PDIP mendukung pilkada langsung agar rakyat bisa dekat dengan pemimpinnya, namun di sisi lain pilkada langsung terdapat kelemahan.
“Rakyat dibuat pragmatis karena politik uang, korbannya rakyat terlalu banyak,” cetusnya.
Terakhir, kata Pangi, Megawati mengingatkan menteri agar bisa mengawal nawacita, dengan memberikan kebijakan yang sejalan dengan nawacita.
“Pesan atau sinyal yang ingin disampaikan Megawati adalah jangan coba-coba menteri berselingkuh dengan nawacita,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh: