Jakarta, Aktual.com – Salah seorang warga Bukit Duri yang terkena gusuran, Toto (53) mengatakan, jika penggusuran tersebut merupakan penggusuran yang paling menyedihkan yang pernah ia lihat.
“Selama yang saya lihat penggusuran, ini yang paling menyedihkan,” ucapnya kepada Aktual.com di Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (12/1).
Hal itu dikarenakan, pemerintah dalam programnya tidak berusaha untuk mengganti rugi apa-apa saja yang menjadi milik warga.
“Dulu-kan pernah ada tuh gusuran deket Gang Masjid Rt 09 (Rw 10). Itu yang gak punya sertifikat tanah tapi punya bangunan tetep diganti, ampe pohonnya aja diitung. Itu yang kemudian jadi pertimbangannya Jokowi pas Gubernur. Makanya dia bilang kalau ada pohon yang bermanfaat aja diganti, sama juga kandang ayam kalau ada diganti. Sekarang mana?” imbuhnya.
Toto yang juga menjadi Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) atau Dewan Kelurahan meneruskan, bahwasanya relokasi yang dilakukan pemerintah terlalu jauh dari tempat asalnya.
“Saya pernah digusur di Tebet Barat IV, itu diganti bener, relokasinya juga gak jauh-jauh amat. Ada yang ke Gudang Peluru sama Pondok Bambu. Nah, sekarang kita direlokasi ke ujung sana, Pulo Gebang. Apa gak kejauhan?” jelasnya.
Bagi Toto, permasalahan jarak tersebut akan memiliki dampak ekonomi sosial yang besar.
“Sekarang gimana kalau misalnya dia dagang di sini, kerja di daerah sini. Lha, kalo tau-tau pindah ke sana (Pulo Gebang), apa gak nambah ongkos, apa bisa bikin lagi usaha?” tuturnya.
Lebih lanjut, dirinya sangat sedih jika warga disebut warga liar oleh pemerintah.
“Saya gak terima kita warga sini disebut warga bantaran, warga liar. Kita punya KK, ada KTP, bayar PBB. Liar dari mana? Udah puluhan tahun tinggal di sini. Sedih saya disebut begitu,” tandas Toto.
Artikel ini ditulis oleh: