Jakarta, Aktual.co — Pengamat Migas dari Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia (AEPI) Salamudin Daeng mendorong Bareskrim Polri untuk memeriksa Vice President (VP) Integrated Supply Chain (ISC) Daniel Purba terkait kasus dugaan kecurangan tender LPG yang dimenangkan oleh Total Trading Asia Pte Ltd.
“Saya kira Bareskrim sudah seharusnya memeriksa Daniel Purba. Kuncinya kan ada pada Vice President ISC-Pertamina,” kata Salamudin saat berbincang dengan Aktual, Jakarta, Senin (8/6).
Sebagai informasi, PT Pertamina (persero) melalui unit usahanya ISC pada 23 Februari 2015 lalu mengadakan tender LPG yang terdiri dari 22.000 MT butane dan 22.000 MT propane. Namun ISC-Pertamina menabrak aturan yang mereka buat sendiri. Pasalnya, dalam penawaran tender ke peserta disebutkan untuk pricing dan loading bulan April 2015. Namun, ISC-Pertamina justru memenangkan Total dengan pricing Maret 2015. Dari data yang diterima Aktual, terdapat kerugian perusahaan dan negara mencapai USD400.000 atau sekitar Rp5,2 miliar. Perhitungan kerugian berdasarkan atas perbedaan harga CP Aramco pada bulan Maret 2015 di harga USD480/MT dan bulan April 2015 di harga USD465/MT.
Bareskrim Polri kini tengah melakukan penyelidikan dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dalam tender tersebut. Pada penyelidikan itu, Bareskrim diketahui telah melayangkan pemeriksaan terhadap Manager Market Analysis dan Development ISC Pertamina, Anizar Burlian pada 28 Mei 2015 lalu. Bahkan, Bareskrim juga memanggil Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto.
“Satu, ISC sudah tersandung, kedua dia tidak transparan. tidak ada transparansi. Kita mau cari situsnya aja tidak ada. Data-data transaksinya tidak ada. Saya mau coba cari siapa perusahaan-perusahaan pemenang tender saja tidak bisa. Perusahaannya dari mana, NOC siapa, MOC-nya siapa, tradernya siapa, kan tidak jelas, tapi kalau dia umumkan saja perusahaan yang ikut tender kan kita bisa tahu,” imbuh dia.
Menurutnya, keterbukaan informasi seperti itu sangat penting untuk publik. Terlebih Presiden Joko Widodo pernah mengatakan bahwa dirinya ingin melihat proses pengadaan Pertamina seperti di dalam aquarium.
“Itu kan statement Pak Jokowi, mengatakan saya ingin melihat transaksi migas ini seperti di dalam aquarium. Berarti rakyat boleh melihat juga dong. Kita semua boleh melihat, supaya tahu kalau misal ini NOC yang menang, kurs yang ditetapkan berapa, harga berapa. Untuk membuktikan dia lebih efisien, lebih murah, tapi kalau ga ada mau gimana kita buat kesimpulan?,” terang dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka