Gedung BNI Pusat (foto: istimewa)
Gedung BNI Pusat (foto: istimewa)

Jakarta, Aktual.com — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menepis bahwa pinjaman 1 miliar USD beberapa waktu lalu dari China Development Bank (CDB) tidak terserap dengan baik.

Menurut emiten berkode BBNI ini, dana tersebut justru terserap dengan cepat, terutama untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur seperti yang menjadi tujuan utama pinjaman ini. Bahkan pinjaman dalam bentuk Yuan pun juga terserap bagus.

“Karena banyak proyek power plan yang dibangun dengan mendatangkan peralatan dari sana (China). Sehingga adanya dana itu sangat cocok,” kata Direktur BNI, Herry Sidharta, di Jakarta, Selasa (12/1).

Menurut dia, pinjaman dari CDB itu memang dimaksudkan untuk membiayai proyek infrastruktur. Baik dalam bentuk valuta asing USD atau pun Yuan, sama-sama diperuntukkan untuk program infrastruktur. Apalagi memang, kata dia, Yuan sudah menjadi mata uang dunia.

“Yang 30 persen itu sebagian sudah terserap dan sisanya akan terserap di 2016 ini. Semuanya untuk proyek infrastruktur. Bahkan kami anggap (pinjaman ini) masih kurang,” tandas dia.

Seperti diketahui, pinjaman dari CDB itu 70 persen dalam bentuk USD dan sisanya dalam Yuan. Tadinya pinjaman Yuan itu dianggap ada deal-deal tertentu yang hanya akan melancarkan arus barang dari Tiongkok ke Indonesia.

Herry masih tetap ngotot pinjaman tersebut dianggap masih kurang. Pasalnya untuk melancarkan proyek-proyek infrastruktur, butuh dana besar. Makanya, pihaknya akan terus mencari funding.

“Total kredit untuk proyek infrastruktur di tahun ini sebesar Rp20-25 triliun. Kami akan terus menambah funding. Karena potensinya sangat besar,” ujar dia.

Di tempat yang sama, Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni menyebutkan, sejak pinjaman itu pengucuran untuk kredit justru berjalan cepat. “Kami sudah lakukan penyaluran kredit secara bertahap. Bahkan bisa terserap lumayan cepat. Kenapa begitu? Karena untuk membiayai proyem infrastruktur.”

Sebab, tujuan pinjaman dana itu memang untuk proyek infrastruktur dan program hilirisasi. Ini yang menjadi alasan penyerapan itu berjalan cepat. Meski begitu, ia mengakui tak semua dana pinjaman itu terserap 100 persen untuk proyek infrastruktur. Justru ada juga untuk melunasi pinjaman yang jatuh tempo.

“Iya ada juga untuk melunasi pinjaman bilateral yg jatuh tempo,” pungkas mantan Direktur Keuangan BRI ini.

Laporan: Bustomi

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan