Surabaya, Aktual.com – Keberadaan Gafatar yang menjadi aliran sesat, membuat para tokoh ulama Jawa Timur menjadi geram. Lebih-lebih, Gafatar dipimpin oleh mantan narapidana yang ditangkap dalam kasus penistaan agama, Ahmad Musadeq.

Tokoh agama Surabaya-Madura, yang juga Ketua Forum Dakwah Islam Islamiyah Jawa Timur, H. Ali Badri, menegaskan bahwa keberadaan Ahmad Musadek, dianggap sebagai bentuk lemahnya pemerintah.

Sebab, Ahmad Musadeq yang pernah ditangkap dan ditahan karena terjerat kasus penistaan agama, ternyata luput dari pantauan aparat penegak hukum.

Setelah dibebaskan, seharusnya pemerintah tetap memantau pergerakannya. Bahkan, lanjut Ali Badri, saat itu seharusnya tidak perlu dibebaskan, dan harus dihukum mati. Sebab, ulah Ahmad Musadeq sangat berbahaya bagi keselamatan umat termasuk ancaman perpecahan bangsa.

“Ahmad Musadeq itu sudah gila. Dulu dipenjara dan kemudian bebas. Dia lalu pergi ke Amerika dan kembali ke Indonesia membawa ajaran sesat. Seharusnya waktu itu dihumum mati. Atau jika perlu dihukum gantung.” ujar Ali Badri kepada Aktual.com, Kamis (14/1).

Oleh sebab itu, lanjut Ali Badri, untuk mengantisipasi adanya ormas-ormas baru seperti Gafatar, para tokoh ulama seperti Nahdlatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia, Muhamadiyah dan sebagainya, harus melakukan evaluasi terhadap ormas-ormas baru yang bermunculan.

Sebab, modus ormas baru yang berpaham sesat seperti Gafatar, selalu masuk dengan cara bergerak di bidang sosial dan kemasyarakatan.

Tidak hanya tokoh ulama Islam, menurut Ali Badri, tokoh-tokoh agama dari Hindu, Kristen dan sebagainya juga harus dilibatkan dan berperan aktif dalam hal komunikasi serta evaluasi terhadap calon ormas-ormas yang bisa menimbulkan ajaran-ajaran sesat.

“Bisa saja ormas-ormas itu ingin membuat ajaran sesat. Cuma kebetulan saja karena di Indonesia itu mayoritas umat beragama muslim, jadi ormas seperti gafatar itu masuk menggunakan agama yang ‘luarnya’ itu terkesan Islam,” tutupnya.

Artikel ini ditulis oleh: