Semarang, aktual.com – Abdul Cholik (57)-Nurul (50), kedua orang tua dari Faradina Ilma (25), melihat ada hal aneh pada kelakukan dan sikap puteri pertamanya yang hilang selama satu bulan dan setelah bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

PNS cantik Dinas Lingkungan Hidup (KLH) di Pemkot Surabaya itu kerap membantah dan beragumentasi dengan nasehat ibunya ketika diberikan saran dan kritik.

Bahkan, kata ibu, dirinya sejak bergabung dengan Gafatar kerap berbohong dan berseberangan pola fikirannya. Seakan-akan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia merupakan tujuan semu, bukan sebenarnya.
Ibu pun tidak mengira bila sikap dan perilaku puteri kesayangannya berubah drastis.

Padahal, puterinya yang selalu berprestasi sejak kuliah sarjana hingga lulusan pasca sarjana Universitas Diponegoro dengan nilai IPK cumlade itu selalu membuat orang tuanya tersenyum bahagia, serta selalu ramah dan sopan.

“Pokoknya sikapnya itu aneh sejak kenal dengan Gafatar. Suka berbohong, membantah, dan jarang mau sholat. Seperti bukan puteri saya yang ramah dan sopan. Otaknya sudah dicuci ini,” ujar dia saat ditemui di kediamannya, jalan Tugurejo A-12 kelurahan Tugu, Semarang, Kamis (14/1).

Faradina yang indekos di Jalan Kebonsari Manunggal No 14, Surabaya dikabarkan hilang sejak 23 November 2015. Terakhirnya, korban hilang sering berhubungan dengan Eko Siswandono (31), pria asal Jember, Jatim. Setiap saat Eko yang merupakan teman korban tersebut juga ikut hilang, setelah orang tua korban Faradina Ilma menelusuri ke Surbaya dan teman-temannya.

“Terakhir anak saya itu sudah berhubungan teman lama dengan Eko Siswandono. Dia sering diajak kegiatan sosial dan selalu dibujuk untuk ikut kegiatan,” beber Nurul.

Atas kehilangan puterinya, sang ibu pun sudah mencari kemana-mana atas keberadaan korban untuk diketahui informasinya di Surabaya. Bahkan, upaya melaporkan ke petugas Polda Jatim tidak ada respon.

Dirinya pun merasa kecewa dengan aparat kepolisian yang menerima respon laporan kehilangan disepelekan. Bahkan, diminta kembali menelusuri keberadaan puterinya ke Gafatar. “Pak polisi malah bilang itu organisasi baik. Justru, saya disuruh memastikan dulu apakah kehilangannya itu ikut Gafatar atau bukan dia ?,” tanya dia.

Hal senada dibenarkan ibu dari korban lain yang enggan disebutkan namanya asal warga Perumahan Beringinsari jalan Beringin Asri Barat I/23 RT 09 A RW 11, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Bahwa ada perubahan sikap kedua puterinya yang turut hilang bergabung dengan Gafatar. “Sikap anak saya itu suka berbohong, dan ada aneh-aneh saja. Misalnya, mau sholat jika ada bapaknya pulang kerja dari luar kota,” tambah dia.

Artikel ini ditulis oleh: