Surabaya, Aktual.com — “Rasanya aneh saja,” ucap Sony, warga Surabaya yang asyik menyantap rujak soto, makanan khas Banyuwangi, Jawa Timur.

Komentar “aneh” itu meluncur dari mulut ayah dua anak tersebut, karena dirinya selama ini hanya merasakan rujak dan soto dalam sajian yang berbeda.

Namun, kedua menu itu justru ada dalam satu mangkok yang dinikmati bersama keluarganya di pujasera di kawasan Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi.

Pantai Boom terletak di bagian timur Kota Banyuwangi, tepatnya di Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi.

“Malah, bukan cuma rujak dan soto, tapi rujak, soto, dan bakso, karena saya juga diberi sebuah pentol dan tahu, jadi tambah aneh,” tuturnya, kepada wartawan.

Kendati merasakan “keanehan” itu, Sony mengaku semangkok rujak soto itu pun disantap habis. “Ya, akhirnya terbiasa juga,” timpal ia.

“Keanehan” yang mengagetkan serasa “bom” itu juga diungkap warga Jember, Ny Ira MZ. “Ya, memang begitu itu rujak soto, itu memang makanan khas Banyuwangi,” ujarnya.

Bahkan, kedua anaknya pun menikmatinya dengan lahap hingga menghabiskan dua porsi.

“Semula, anak saya cuma penasaran dan sekadar ingin incip (mencicipi), tapi setelah merasakan justru sangat menyukai dan minta tambah,” ujarnya.

Selain rujak soto, menu lain yang khas juga ada di Pujasera Pantai Boom itu, semisal tahu walik yang juga khas Banyuwangi.

“Jadi, banyak yang aneh di sini, baik rujak soto maupun tahu walik, tapi kalau dinikmati juga enak rasanya,” ujar ia seraya melempar senyum.

Mendengar komentar para pembeli itu, sang penjual rujak soto di Pujasera Pantai Boom itu, Ny Endang, mengaku bersyukur.

“Syukurlah kalau enak, jadi bisa laku keras. Itu (rujak soto) memang makanan asli Banyuwangi, meski ada petis Madura di dalamnya,” ungkap penjual asal Lateng, Singotrunan, Banyuwangi tersebut.

Turun Temurun Ibu dari dua anak yang berjualan rujak soto secara turun temurun dari sang kakek itu mengaku cara meracik makanan khas itu cukup mudah.

“Kacang, petis, pisang kelothok, garam, dan gula ‘diuleg’ jadi satu, lalu dicampur dengan sayur kangkung, kecambah, dan lontong seperti layaknya rujak uleg,” papar Endang.

Selanjutya, rujak itu ditaruh di dalam mangkok dan disiram dengan soto babat. “Bagi yang suka pedas, tinggal menambahkan cabai saat diuleg,” ulasnya.

Pedagang yang baru dua tahun berjualan di Pantai Boom itu mematok harga yang cukup terjangkau untuk setiap porsi, sehingga pembelinya pun ramai.

Tidak hanya Ny Endang, penjual rujak soto lainnya di Pujasera Pantai Boom juga mematok harga yang juga terjangkau dengan kantong wisatawan domestik.

“Saya sudah berjualan rujak soto sejak tahun 2005, tapi di dekat terminal dan sejak dua tahunan lalu dikumpulkan di sini (Pantai Boom),” tandas Ny Endang.

Awalnya, pembeli di Pujasera Pantai Boom memang tidak banyak, namun seiring dengan semakin ramainya pengunjung Pantai Boom, maka pembeli pun semakin ramai.

Dulunya, Pantai Boom adalah sebuah pelabuhan penting yang menjadi lokasi sandar perahu nelayan, termasuk dari Madura.

Kini, pantai berpasir hitam itu disulap menjadi destinasi wisata dengan latar belakang Pulau Dewata Bali yang dapat dinikmati dengan bersantai di bawah payung pantai.

Beberapa fasilitas seperti amphitheater yang dapat digunakan sebagai panggung seni pun ada. Kalau beruntung, di tepian pantai itu bisa “bertemu” pelangi yang indah.

Selain itu, pantai itu juga pernah menjadi lokasi pentas tarian kolosal Gandrung yang ditarikan oleh 1.000 lebih penari dengan tajuk “Sewu Gandrung”.

Tentu keramaian lokasi itu menjadi rezeki tersendiri bagi Endang dan para pedagang di pujasera setempat.

“Kalau ramai, rujak soto saya tidak perlu menunggu sore sudah ludes,” ujar Endang sambil melayani para pembeli yang ‘menyerbu’ Rujak Soto pada sore itu.

Penikmat rujak soto bukan hanya kalangan masyarakat umum, namun juga selebritis pernah menjajalnya, salah satunya Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira.

Perempuan kelahiran Surabaya, 28 Juni 1993, ini menikmati rujak soto di Banyuwangi pada 22 September 2014.

Ia mengakui bahwa rujak soto sebenarnya bukan makanan yang asing, karena sebelumnya dia pernah beberapa kali mencicipi kuliner itu, tetapi tidak langsung di daerah asalnya.

“Pernah beberapa kali dibawakan rujak soto sama tante saya dan cita rasanya sangat khas. Meskipun baru mencicipi, saya langsung suka,” kata Elvira Devinamira yang saat itu menghadiri Banyuwangi Batik Festival dan Festival Rujak Soto di Banyuwangi.

Oleh karena itu, pemenang Puteri Jawa Timur 2013 itu tidak melewatkan kesempatan untuk menikmati langsung kuliner rujak soto saat sedang berada di kabupaten berjuluk “The Sunrise of Java” tersebut.

Bahkan saat itu ia mengaku seharian menghabiskan dua porsi rujak soto, yakni saat makan siang dan malam. “Mumpung sedang di Banyuwangi,” ujarnya tersipu, saat itu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara