Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli masih belum puas dengan penurunan suku bunga acuan perbankan (BI Rate) menjadi 7,25 persen, dari sebelumnya 7,5 persen. Rizal menilai, angka itu masih cukup tinggi jika dilihat data-data makro ekonomi saat ini.
Bahkan, dengan mengusung BI Rate tinggi selama ini, Bank Indonesia dianggap telah mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Padahal, kata Rizal, dengan suku bunga tinggi kebijakan BI sangat konservatif dan ketakutan adanya capital outflow (arus dana asing keluar).
“Tapi justru telah mengorbankan pertumbuhan ekonomi,” kata Rizal di Jakarta, Jumat (15/1) malam.
Lanjut dia, jika BI Rate terus dilonggarkan pertumbuhan ekonomi dapat melonjak di angka 5,3 persen. “Kalau BI berani (menurunkan BI Rate) pertumbuhan dapat lebih besar,” kata dia.
Rizal sendiri tidak menyebut secara pasti berapa angka BI Rate ideal yang bisa mendorong pertumbuhan 5,3 persen bahkan di atas angka itu. Menurut dia, saat ini pemerintah sudah melakukan deregulasi dengan menerbitkan paket kebijakan ekonomi. Tapi stinukus ekonomi itu hanya untuk jangka menengah. Justru BI harus membantu pemerintah dengan ikut menerbitkan kebijakan suku bunga rendah.
“Kalau seperti itu, maka pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi lagi di atas 5,3 persen,” tandas Rizal.
BI sendiri pada Kamis (14/1) lalu sudah menurunkan BI Rate ke angka 7,25 perseb dari sebelumnya di angka 7,5 persen, yang bertahan sejak Februari 2015. BI sendiri sebelumnya sudah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 8 persen menjadi 7,5 persen.
Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juda Agung menegaskan, kebijakan BI sendiri berarti akan menghentikan suku bunga di level 7,25 persen. Pihaknya akan terus melakukan evaluasi.
“Kami akan terus evaluasi kondisi moneter dan makro ekonomi, apalagi ada penurunun harga minya dunia. Bisa saja ada pelonggaran suku bunga lagi, ” kata dia.
Laporan: Busthomi
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu