Jakarta, Aktual.com — Ketahanan energi suatu negara dalam perkembangannya dikaitkan dengan isu ketahanan nasional. Begitu yang disampaikan Ketua Umum Muda Visi Mandiri, Nabil Ahmad Fauzi.
Menurut dia, dalam konteks internasional definisi keamanan nasional hari ini sudah mengarah kepada dimensi ‘security’, keamanan energi.
Pasalnya, ketahanan energi suatu negara dapat berimbas secara masif terhadap aspek-aspek seperti halnya politik dan sosial.
“Aspek sektor keamanan energi ini, mulai masuk terhadap diskursus keamanan nasional. Karena energi, menyangkut melingkupi kepada sektor-sektor politik ekonomi, sosial bahkan budaya. Jadi dimensinya sangat luas dari aspek energi,” papar Nabil, dalam sebuah diskusi di Tebet, Jakarta, Sabtu (23/1).
Untuk memperjelas pandangannya itu, Nabil sedikit mengulas peristiwa perang Yom Kippor, antara Arab Saudi dan Israel.
Dia menilai, pertikaian antara Arab dan Israel pada 1973 itu sangat erat kaitannya antara keamanan nasional dan ketahanan energi.
Arab yang pada waktu itu diketahui sebagai pemasok minyak ke Amerika Serikat dan Eropa, menggunakan ketahanan minyak-nya yang berlimbah untuk menghentikan perang tersebut.
Dengan cara menyetop pasukan minyak ke AS dan Eropa diketahui berhasil meredakan perang Yom Kippor. Diketahui, saat itu AS memberikan bantuan kepada Israel untuk melawan Arab.
“Maka kita mundur dalam dekade 70an, ketika Arab Saudi memprovokasi negara-negara timur tengah, negara-negara produsen minyak pada saat itu, untuk mengembargo AS dan Eropa, dalam konteks bantuan AS ke Israel dalam perang Yom Kippur,” terang dia.
Pandangan Nabil ini tentunya berkaitan erat dengan bagaimana Indonesia mengelola ketahanan energi. Sebut saja Papua, yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang saat ini dikuasai oleh Freeport.
Artikel ini ditulis oleh: