Jakarta, Aktual.com — Empat Muslimah yang menentang ‘stereotip’ di sekitar perempuan Palestina. Dalam lingkungan yang didominasi oleh pria, empat wanita muslim ini menjadi perempuan pertama yang mengikuti ajang tim balap mobil di Timur Tengah.

Mereka telah membuktikan bahwa, Muslimah tak hanya bisa memakai sepatu hak tinggi, make up dan menghias kuku, namun Muslimah juga bisa bersaing dengan pria Muslim di arena sirkuit.

Datang dari berbagai wilayah Palestina, masing-masing dengan latar belakang yang berbeda, empat wanita ini memiliki satu impian yang sama yaitu untuk mewakili Palestina di sirkuit F1.

Betty Saadeh (34) lahir di Meksiko dan sekarang tinggal di Ramallah yakni, yang paling anggun dalam hal kecepatan yang terinspirasi oleh ayahnya dan kedua saudaranya sebagai pebalap yang terkenal di Betlehem.

Sementara itu, Marah Zakalkah (23) berasal dari kamp pengungsi Jenin, yang belajar mengemudi dan mencintai mobil dari ibunya ketika berusia 11 tahun.

Selain itu, juga ada Noor Daoud (25) yang lahir di Texas, Amerika Serikat dan sekarang tinggal di Yerusalem. Ia adalah wanita Arab pertama yang mengikuti balapan di sirkuit internasional di Dubai, Jepang dan Polandia.

Dan terakhir, Mona Quraan (29) dari Al-Bireh, adalah wanita pertama dan satu-satunya pebalap Muslimah di wilayah Palestina yang terjun pada tahun 2009.

Kisah ‘Speed Sister’ ini dimulai enam tahun yang lalu dengan dukungan dari Konsulat Inggris di Yerusalem Timur yang menyumbangkan lebih dari 10 ribu dolar AS dalam bentuk helm, jas, pelatihan, dan membayar untuk memperbaiki mobil BMW untuk tim yang baru dibuat.

Dirilis di Doha pada Oktober 2014 lalu, sebuah film dokumenter panjang oleh Amber Fares menceritakan, kisah ‘Speed Sister’ ini yang bermain di beberapa kota di wilayah Palestina, Kanada dan di London.

Para wanita muslim ini menjadi ikon di dunia olahraga Palestina, dan kisah sukses mereka menarik perhatian media yang besar. Namun demikian, empat perempuan ini masih membutuhkan sponsor untuk mengejar impian mereka menjadi pebalap F1.

“Dengan film dokumenter ini kami berharap dapat membantu agar kita lebih dikenal di seluruh dunia. Tapi kami masih belum ditawari sponsor dan peralatan ‘racing’ yang sangat mahal jadi kita mencoba melihat keluar untuk mencari dana,” kata Saadeh kepada Media Line.

Para Muslimah ini sama seperti pebalap lainnya di wilayah Palestina, mereka menyesuaikan mobil standar dan mengoptimalkannya dari interior yang dipreteli, kursi penumpang dilepas, mesin di ‘speed-up’, dan ‘bodywork’ yang imajinatif dicat untuk menambah aksi tontonan.

Mobil balap menjadi olahraga resmi di Tepi Barat dengan diusung ‘organization of the very first races’ pada tahun 2005, dan pembentukan ‘Palestinian Motor Sport and Motorcycle Federation (PMSMF)’ pada tahun 2006.

Hal ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang lebih aman untuk puluhan anak-anak yang balap ilegal di jalan-jalan. Saat ini, kejuaraan tahunan Palestina terdiri dari lima atau enam balapan yang umumnya diselenggarakan di Ramallah, Al-Bireh, Jericho, Bethlehem dan Jenin, dengan membawa ratusan penonton untuk setiap aksinya.

Meskipun di belakang layar, mereka satu tim. Akan tetapi dalam kejuaraan mereka benar-benar bersaing. Mereka pun berkomitmen untuk menggapai impian.

Saadeh merupakan seorang ibu tunggal dengan dua anak yang menggabungkan tugas keluarga, pekerjaan dan cita-citanya.

“Putri saya berusia 16 tahun, dan dia ingin balapan. Saya senang saya bisa berbagi semangat saya dengan dia,” ucap Saadeh.

Ditanya resiko dari balapan, ia mengatakan, “Saya tidak merasa takut, karena saya mengerti kegembiraan dalam adrenalin,” kata ia kepada kantor berita Aljazeera.

‘Speed Sister’ telah menginspirasi generasi baru gadis-gadis muda di Palestina untuk bersaing dengan kaum adam.

“Banyak, para gadis yang menghubungi kami. Kami menyarankan mereka sebanyak yang kami mampu. Kami tidak ingin mereka menghadapi masalah integrasi yang sama yang kami hadapi,” beber Quraan.

“Tapi masalah utama tetap dukungan keuangan dan kebutuhan untuk menyediakan mereka dengan lingkungan yang aman untuk latihan,” timpal Zakalkah.

Artikel ini ditulis oleh: