Harga Minyak Mentah Dunia (Aktual/Ilst.Nelson)
Harga Minyak Mentah Dunia (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan tekanan turun pada harga minyak mentah akan berlanjut pada tahun ini, karena bertahannya kelebihan pasokan global sementara permintaan melemah.

“Kita akan terus melihat tekanan turun pada harga minyak pada 2016 karena ada banyak minyak di pasar dan tidak begitu banyak permintaan,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol di Davos, Swiss, Senin (25/1).

Permintaan semakin lemah karena perekonomian negara-negara besar melambat, Fatih mengatakan kepada kantor berita Xinhua dalam sebuah wawancara.

“Kami akan melihat tekanan turun pada harga minyak pada tahun 2016, namun kita dapat melihat harga akan mulai meningkat pada akhir 2017,” kata Fatih.

Dia memperkirakan harga minyak bisa meningkat sampai 80 dolar AS per barel dalam empat atau lima tahun ke depan.

Harga minyak rendah adalah berita baik bagi beberapa negara yang merupakan importir minyak. Tapi, itu merupakan berita buruk bagi eksportir minyak, negara-negara timur tengah khususnya dan Rusia, ia menambahkan.

Pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) ke-46 diselenggarakan dari 20 Januari sampai 23 Januari di Davos-Klosters, Swiss, dengan tema “Penguasaan Revolusi Industri Keempat.” Fatih mengatakan bahwa jauh dari mimpi romantis, energi terbarukan adalah penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang Revolusi Industri Keempat akan laksanakan.

Dia menjelaskan bahwa sebagian besar instalasi baru — lebih dari dua pertiga — berasal dari negara-negara berkembang.

“Untuk memenuhi perubahan iklim dan target pertumbuhan, sekitar 40 persen dari pasokan energi masa depan harus datang dari teknologi nol-emisi,” tambahnya.

Bagaimana Nasib Indonesia?

Sebagai informasi, Indonesia sudah menjadi negara net importir sejak tahun 2003. Turunnya harga minyak semestinya menjadi keuntungan bagi Indonesia, karena mendapatkan harga minyak yang murah.

Namun karena Indonesia belum mempunyai kilang untuk menimbun sebagai cadangan penyangga, harga minyak yang rendah ini tidak bisa menjadi keuntungan. Malah pemerintah dan Pertamina tetap mempertahankan harga jual BBM, untuk menutupi kerugian di sektor hulu.

Sektor hulu sendiri yang menjadi seperempat penerimaan APBN, harga minyak yang rendah menyebabkan penerimaan negara menjadi berkurang. APBN dengan asumsi harga minyak $50 per barel pun terpaksa harus diubah, dengan menggenjot penerimaan pajak.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan