Jakarta, Aktual.com — Penderitaan rakyat Indonesia kian pelik untuk memikul beban utang pemerintah yang semakin membengkak, dalam 1 tahun kepemimpina Presiden Joko Widodo, hutang Indonesia meningkat dua kali lipat semasa 32 tahun jabatan Presiden Soeharto. Demikian dikatakan Kepala Pusat Kajian Ekonomi Politik Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng.
Dalam rangka memuluskan proyek ambisius pemeritah dalam bidang infrastruktur, pemerintah membuat utang luar negeri untuk menutupi kebutuhan anggaran.
“Data bank dunia menunjukkan bahwa utang Pemerintah berdenominasi valuta asing mengalami peningkatan sebesar 80 persen, pada bulan Desember 2015, pemerintah telah menerima Rp510,4 triliun dari penerbitan sekuritas, dan USD3,89 miliar atau Rp53 triliun dari pinjaman resmi luar negeri,” tutur Daeng dalam diskusi di Kantor DPP PBB, Selasa (26/1).
Lebih lanjut dia memaparkan bahwa utang pemerintah meningkat dari USD129,736 miliar pada tahun 2014 menjadi USD132,207 miliar pada Desember 2015, atau mengalami peningkatan sebesar USD4,471 miliar atau sekitar Rp62,594 triliun, sedangkan surat utang negara bertambah sebesar Rp167,745 triliun.
Data Bank Dunia pada Desember 2015 menyebutkan utang yang sudah diterima pemerintah Indonesia dalam tahun 2015 mencapai Rp510,4 triliun dari penerimaan sekuritas, sedangkan dari pinjaman resmi luar negeri Rp53 triliun.
Posisi utang Indonesia baik dari dalam maupun luar negeri hinga 31 Desember 2015 sebesar Rp3021 triliun, meningkat dari Rp2608 triliun. Pemerintah telah menambah utang senilai Rp412,52 triliun sepanjang tahun 2015.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan