Jakarta, Aktual.co — Bank Indonesia menilai laju inflasi memengaruhi daya saing Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai akhir tahun ini.
“Terutama kaitannya menghadapi MEA, sudah menjadi tanggung jawab semua pihak agar menjaga inflasi menjadi lebih terkendali,” kata Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan V Jateng-DIY Iskandar Simorangkir di Semarang, Jumat (5/6).
Menurutnya, pada MEA mendatang Indonesia harus bersaing dengan negara-negara yang tingkat inflasinya rendah. Bahkan, Singapura mengalami deflasi dan tingkat inflasi beberapa negara lain di ASEAN hanya di kisaran 1-3 persen.
“Dengan inflasi yang rendah di negara-negara pesaing dan di sisi lain mulai ada keterbukaan pasar pada MEA mendatang menjadi tantangan yang berat bagi kita,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap inflasi harus terjaga, paling tidak bisa setara dengan tingkat inflasi regional.
Dari data BI, untuk bulan Mei lalu Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,51 persen. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 0,5 persen, sedangkan untuk inflasi tahunan Jawa Tengah mencapai 6,28 persen.
“Kalau inflasi bulan ini banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga bawang merah dan bawang putih, harapannya harga komoditas tersebut bisa segera turun sehingga dapat menekan inflasi Jateng,” katanya.
Sementara itu, mengenai perlambatan ekonomi yang terjadi di Jawa Tengah saat ini sejalan dengan penurunan konsumsi pemerintah di awal tahun, kondisi tersebut sesuai dengan pola musimannya.
“Namun demikian, konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor luar negeri mengalami peningkatan,” katanya.
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi pada triwulan I tahun ini terutama berasal dari sektor perdagangan, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor konstruksi.
Sementara itu, peningkatan pada sektor pertanian dan industri pengolahan menjadi penahan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Artikel ini ditulis oleh: