Jakarta, Aktual.com — Negara produsen karet berencana melakukan pembatasan volume ekspor untuk menjaga harga tidak semakin anjlok dari sekarang yang hanya 1,07 dolar AS per kilogram untuk pengapalan Februari 2016.

“Pembatasan ekspor itu dibicarakan dalam pertemuan ITRC (International Tripartite Rubber Council) yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand di Bangkok, Thailand,” ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Kamis (28/1).

Pengurangan volume ekspor bertujuan untuk menekan agar harga karet tidak semakin anjlok.

“Eksportir memang berharap ada kesepakatan yang bisa mendorong harga yang sangat rendah menjadi lebih tinggi,” katanya.

Mengenai berapa besar volume ekspor yang akan dikurangi tahun ini, belum bisa dipastikan karena menunggu hasil pembicaraan ITRC.

Namun dia menyebutkan, terakhir ITRC menyepakati pengurangan volume ekspor pada Oktober 2012 selama enam bulan hingga Maret 2013.

Dari kesepakatan tersebut, harga karet bisa terdongkrak hingga mencapai 3,03 dolar AS per kg dari sebelumnya turun hingga 2,6 dolar AS per kg.

“Eksportir berharap, pertemuan tahun ini juga diharapkan bisa seperti 2012 yang membawa manfaat untuk kenaikan harga,” katanya.

Edy mengakui, sebenarnya negara produsen sudah lama berencana mengurangi ekspor, tetapi karena permintaan sedang melemah, pengurangan ekspor ditunda karena dikhawatirkan semakin menyulitkan industri dan petani.

“Karena sekarang perkembangan perekonomian semakin membaik khususnya negara pengimpor seperti RRT (Republik Rakyat tiongkok) dan Amerika Serikat diyakini permintaan naik sehingga bisa menahan volume ekspor,” katanya.

Sumut sendiri, ujar Edy, ekspor karetnya pada 2015 sebesar 436.197 ton atau turun dari 2014 yang sudah 451.457 ton.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka