Jakarta, Aktual.com — Anggota Komisi VI DPR Bambang Haryo menilai, proyek kereta cepat atau High Speed Train Jakarta-Bandung tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebab sarana transportasi itu hanya mengangkut masyarakat pengguna kereta cepat atau penumpang. Berbeda jika sarana transportasi cepat itu mengangkut barang sehingga bisa memangkas biaya logistik.
Menurutnya, besaran nilai proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 140,9 kilometer yakni USD5,5 miliar atau sekitar Rp 76 triliun akan lebih bermanfaat apabila diarahkan untuk pengembangan angkutan kereta api yang sudah ada.
“Dana sebesar itu bisa digunakan untuk menambah sekitar 1.000 rangkaian KA penumpang. Tambahan rangkaian KA akan lebih banyak lagi jika dikombinasikan dengan kereta barang untuk angkutan logistik,” ujar Bambang kepada wartawan, Jumat (29/1).
Diungkapkan dia, setiap rangkaian KA biasa membutuhkan dana sekitar Rp 75 miliar dengan asumsi harga lokomotif sekitar Rp 35 miliar dan 10 gerbong penumpang masing-masing senilai Rp 4 miliar. Untuk KA barang, harganya lebih murah lagi yakni sekitar Rp 700 juta per gerbong kapasitas 20-40 ton atau Rp 7 miliar per 10 gerbong, sehingga satu rangkaian KA barang hanya membutuhkan Rp 42 miliar.
Pemerintah juga bisa membangun jaringan rel KA sepanjang 10.000 km dengan investasi Rp10 triliun dengan asumsi 1 kilometer rel membutuhkan sekitar Rp 1 miliar.
“Dengan Rp 76 triliun itu pemerintah sebenarnya bisa membangun banyak jaringan KA di seluruh Indonesia sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh rakyat,” kata dia.
“Pemerintah harus berpikir cerdas dan realistis. Jika ingin memangkas biaya logistik dan mendorong pertumbuhan ekonomi, Presiden Joko Widodo seharusnya mengembangkan KA logistik, bukan membangun kereta cepat di rute yang relatif pendek dan sudah banyak pilihan transportasi ini bukti,” kata Bambang.
Artikel ini ditulis oleh:
Wisnu