Proyek Kereta Api Cepat Jakarta - Bandung (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Menteri BUMN Rini Soemarno akhirnya menjelaskan alasan kementeriannya ‘ngotot’ menggarap kereta cepat Jakarta-Bandung. Pasalnya, banyak pihak mempertanyakan pembangunan infrastruktur tersebut yang seharusnya terlaksana dibawah kementerian perhubungan.

Rini mengatakan pemerintah dalam hal ini kementerian BUMN hanya sebagai lembaga pengawas. Karena bisnis ini melibatkan perusahaan swasta dan perusahaan BUMN. Karena konteks Business to Business yang tak dibiayai APBN, maka kementerian perhubungan bertugas memberikan ijin pembangunan saja.

“Saya tekankan sejak awal ini B to B. Sejak awal itu BUMN. Sebetulnya Saya hanya menjelaskan sebagian saja sebagai pembina dan pengawas BUMN dari awal permulaan kereta cepat ini,” ujar Rini Soemarno di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Senayan, Jumat (29/1).

Sementara, Rini mengaku tidak ikut campur dalam proses negosiasi proyek KCIC ini. Untuk itu, dia tak bisa menjelaskan secara detail permasalahan proyek tersebut. “Secara menyeluruh, sejak awal proyek ini sudah B to B. Saya nggak ikutan negoisaai dan nggak ikut proses perijinan. Semua Joint Venture Company (4 BUMN),” ujar dia.

“Tapi nggak tau ya kenapa saya terus yang dilihat. Karena saya juga mengajak semua direksi, makanya tolong pertanyaan detail bisa ditanya ke mereka. Pelaksanaan sebenarnya, proses negosiasi dengan perbankan itu adalah mereka. Kami (Kementerian) hanya sebagai pengawas dan pembina BUMN,” kata dia.

Lebih lanjut Rini memaparkan, tugasnya sebagai pengawas pembangunan proyek kereta cepat kerjasama Indonesia-China itu. Pihaknya, kata dia, sudah meminta komitmen pemerintah Tiongkok untuk menjamin kualitas kereta super cepat tersebut. Serta memastikan BUMN Indonesia bekerjasama dengan BUMN China yang memiliki kapabilitas supporting yang baik.

“Disana kita juga ada yang koresponden menterinya. Yaitu melakukan pengawasan BUMN, menteri disana minta komitmen BUMN disini bagus nggak. Saya juga minta komitmen pemerintah disana, BUMN yang disana juga bagus apa nggak. Karena kita juga banyak mendapat pengalaman china yang kualitas jelek. Sehingga kita jaga BUMN ini mendapat support sepenuhnya kalau mereka BUMNnya bagus,” kata dia.

“Nah inilah fungsi saya sebagai pengawas dan pembina BUMN. Tapi B to B dilakukan sendiri oleh para direksi,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu